Kamis 19 Aug 2010 02:57 WIB

Pasar Sukuk GCC Mulai Pulih

Rep: Yogie Respati/ Red: Budi Raharjo
Suasana Kota Dubai, ilustrasi
Suasana Kota Dubai, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID,JEDDAH--Pasar utang Dewan Kerja Sama Teluk (Gulf Cooperation Council/GCC) mulai pulih pada kuartal dua 2010, setelah mengalami penurunan di awal tahun ini. Pasar sukuk yang dipimpin oleh sukuk negara ini kini telah mencapai total 3,4 miliar dolar AS.

Kepala Ekonom NCB Capital, Jarmo Kotilaine, mengatakan penerbitan sukuk negara menjadi motor pasar sukuk. Dari delapan sukuk yang diterbitkan pada kuartal dua, setidaknya tujuh diantaranya adalah sukuk negara dari Bahrain dan Qatar. Adanya kemajuan yang dibuat dalam restrukturisasi sukuk yang bermasalah juga meningkatkan sentimen di segmen pasar syariah. Pada triwulan kali ini Qatar juga terus melanjutkan programnya untuk pengembangan pasar utang dalam negeri dan berencana membentuk pasar sekunder di bursa saham negara itu.

Kotilaine mengatakan walau ketidakpastian ekonomi global tetap bertahan, adanya kemajuan yang stabil pada restrukturisasi perusahaan telah meningkatkan kepercayaan diri di wilayah ini. ''Investasi infrastruktur dan capital expenditure yang terencana akan cenderung mendorong pasar utang GCC di kuartal mendatang,'' kata Kotilaine, dikutip laman Ameinfo, Rabu (18/8).

Di wilayah Teluk, peningkatan inflasi mengancam untuk mendorong nilai imbal hasil, sehingga menyebabkan sejumlah emiten menunda rencana mereka untuk menerbitkan sukuk. Meskipun demikian, meningkatnya kebutuhan pendanaan jangka panjang dengan bunga rendah harus diteruskan untuk mendukung pasar.

Sementara itu, baru-baru ini Bank Sentral Bahrain (CBB) mengumumkan bahwa penerbitan sukuk berjangka pendek yang dilakukan CBB atas nama Kerajaan Bahrain mengalami kelebihan permintaan (oversubscribed) sebesar 630 persen. Penawaran yang masuk tercatat mencapai 63 juta dinar, sementara nilai penerbitan sebanyak 10 juta dinar. Sukuk tersebut memiliki tenor 182 hari dengan imbal hasil 0,90 persen yang akan jatuh tempo pada 17 Februari 2011.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement