Jumat 19 Nov 2010 04:15 WIB

Dua Ribu Hektare Hutan di Taman Nasional Merapi Rusak

REPUBLIKA.CO.ID, BOYOLALI--Tanaman hutan seluas 2.400 hektare di Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) rusak akibat terkena guyuran awan panas dan material vulkanik lain dari Gunung Merapi yang meletus beberapa kali dengan erupsi pertama pada 26 Oktober 2010. Kepala Seksi Wilayah II Balai TNGM Boyolali, Joko Priyono, di Boyolali, Kamis (18/10), mengatakan, kerusakan hutan tanaman di lereng Gunung Merapi tersebut meliputi wilayah Boyolali, Klaten, Magelang, dan Sleman.

Tanaman hutan yang rusak tersebut cukup luas karena mencakup lebih dari 33 persen. Total luas tanaman hutan di TNGM tercatat 6.410 hektare. Namun, ia mengatakan wilayah II hanya mengelola kawasan hutan TNGM di Kabupaten Boyolali dan Klaten yang totalnya mengalami kerusakan akibat bencana diperkirakan mencapai 974 hektare.

Menurut Joko, hutan di wilayah Boyolali luas seluruhnya sekitar 1.467,5 ha, tetapi yang mengalami kerusakan diperkirakan mencapai 220 ha, yakni di Dusun Stabelan, Desa Tlogolele, Selo. Hutan TNGM di kawasan Klaten seluruhnya mencapai 859,54 ha dan yang rusak di Desa Balairante, Kemalang, sekitar 754 ha.

Ia menjelaskan, tanaman hutan TNGM wilayah Desa Balailante, Klaten mengalami kerusakan akibat dampak dari awan panas sehingga tanaman di lokasi itu mati terbakar. Namun, tanaman hutan di wilayah Stabelan, Tlogolele, Boyolali, dampak dari loncatan api pijar di kawasan itu sehingga yang terbakar di beberapa titik.

Kendati demikian, pihaknya belum berani melakukan pendakian untuk mengecek secara detail ke kawasan tersebut karena Gunung Merapi hingga kini masih berbahaya. Menurut dia, hutan di TNGM banyak ditanami jenis pohon akasia dan pinus. Rata-rata usia tanaman itu delapan tahun dengan diameter pohon antara 10 hingga 15 centimeter.

Ia menyatakan belum dapat memprediksi berapa besar kerugian yang ditimbulkan akibat bencana tersebut. Perkiraan kasar, kata dia, kalau dinilai dari tanaman saja seluar 220 ha di wilayah Boyolali, kerugian diperkirakan mencapai Rp1,039 miliar. Batang pohon akasia dan pinus dengan diameter 10-15 centimeter, diperkirakan seharga Rp47,25 juta per ha.

Kerusakan hutan di lereng Merapi tersebut, juga berdampak kerusakan ekositem, kekurangan oksigen, dan hutan pariwisata. Kendati demikian, pihaknya segera melakukan restorasi dan rehabilitasi tanaman, setelah kondisi Gunung Merapi dinyatakan aman. Menurut dia, rehabilitasi akan dilakukan di Desa Lencoh, Samiran, dan Tlogolele, Kecamatan Selo, seluas 77 ha dan jenis tanaman yang ditanam, yakni tanaman dadap, pasang, puspa, dan rasamala.

sumber : Ant
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement