Kamis 12 Aug 2010 07:50 WIB

Nah Lho, Dokter dan Pasien Pun Sering Tidak Nyambung

Rep: Agung Sasongko/ Red: Ajeng Ritzki Pitakasari
(Ilustrasi) Banyak diagnosa yang harus diberikan pasien dan penggunaan bahasa ilmiah membuat komunikasi dokter dan pasien sering tak terjalin baik.
(Ilustrasi) Banyak diagnosa yang harus diberikan pasien dan penggunaan bahasa ilmiah membuat komunikasi dokter dan pasien sering tak terjalin baik.

REPUBLIKA.CO.ID, REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK--Komunikasi antara dokter dan pasiennya mutlak diperlukan dalam penanganan masalah kesehatan. Komunikasi yang dimaksud tidak berupa istilah ilmiah melainkan lebih bersifat informatif.

Sebuah survei yang digagas Yale University School of Medicine mengungkap adanya selip informasi antara dokter dan pasien. Riset yang melibatkan 89 pasien di sebuah sakit ini menyatakan komunikasi antara dokter dan pasien sering tidak dipahami dalam konteks yang sama ketika membahas diagnosis dan pengobatan. Singkat cerita, apa yang dikatakan oleh dokter belum tentu sama dengan apa yang ditangkap pasien.

Dalam sesi berbeda peneliti mencatat hanya 18 persen pasien yang mengingat nama dokter mereka. Sementara itu, hanya 57 persen yang mengerti dan memahami diagnosis yang diutarakan oleh dokter.

Berbanding terbalik dengan pasien mereka, 2/3 dokter justru menghafal nama pasiennya dan 77 persen dokter yakin bila pasien mereka memahami diagnosa yang diberikan. "Apa yang baru dari riset ini adalah adanya informasi yang hilang antara dokter dan pasien. Bahkan pasien benar-benar tidak memahaminya," ungkap Drs. Douglas P. Olson kepada Reuters, Rabu, (11/8).

Dia menambahkan hilangnya komunikasi sering terjadi pada nama dan diganosis. Kata dia, dari pasien yang diwawancara, 1/4 mengatakan dokter tidak pernah memberitahukan nama mereka. Selain itu, hanya 10 persen dari pasien yang mengatakan dokter memberitahukan potensi efek dari obat-obatan yang diberikan. Dipihak dokter, ungkap Olson, justru sebaliknya. Sebagian besar dokter mengaku telah memberitahu nama dan 81 persen dokter juga mengaku telah menerangkan efek dari obat yang diberikan,

Dari sejumlah catatan riset itu, upaya untuk meningkatkan kualitas komunikasi dokter dan pasien dalam beberapa tahun belakangan gagal total. Celakanya, gembar-gembor peningkatkan kualitas program melalui rangkaian program yang berlangsung di Akademi Perawatan, pelatihan dan simposium terus dilakukan. "Tapi tetap saja komunikasi tidak terjalin baik," imbuh Olsen sembari menyatakan keberhasilan komunikasi memperbesar pasien cepat mendapatkan penanganan yang tepat prihal penyakitnya.

Olson berasumsi kualitas komunikasi dokter dan pasien ditenggari adanya persoalan medis yang kompleks. Kata dia, persoalan yang dimaksud bukan masalah satu diagnosa tapi melibatkan banyak diagnosa yang harus diberikan pasien. Diganosa itu yang dinilai Olson tidak dipahami dengan baik lantaran penggunaan bahasa yang cenderung ilmiah.

"Berbeda dengan 30 atau 40 tahun lalu, pasien yang mengunjungi rumah sakit jauh lebih sedikit. Dengan jumlah yang sedikit, pasien memiliki waktu yang cukup untuk mengerti dan memahami informasi tentang kondisi kesehatan mereka dan cara untuk mengobatinya," paparnya.

Karena itu, Olson menyarankan agar dokter memberikan informasi dalam bentuk yang lebih konkrit seperti informasi tertulis dan lebih banyak menjelaskan. "Sangat penting bagi kita untuk melirik kebelakang dan melihat perubahan dari sistem yang ada demi meningkatkan kualitas komunikasi," tegasnya.

Khusus pasien, Olson menyarankan kepada masyarakat untuk menyiapkan rangkaian pertanyaan yang dibutuhkan sehingga tidak ada informasi yang ketinggalan. Olson juga meihat peran keluarga sangat penting.  "Bagaimana caranya agar saya berubah saat meninggalkan rumah sakit?. Pertanyaan itu adalah pertanyaan umum yang baik dan dapat membantu pasien memulai diskusi tentang berbagai masalah, termasuk penyesuaian gaya hidup dan perubahan pengobatan yang perlu dilakukan," ujarnya.

Olson juga menyarankan jika pasien kesulitan mendapati dokter utama, sebaiknya pasien memiliki dokter pengganti yang bisa dihubungi bila membutuhkan konsultasi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement