Rabu 22 Sep 2010 02:17 WIB

Duh, Ribuan Fauna dan Ratusan Flora di TNGH Salak Terancam Punah

Rep: Wiana Paragoan/ Red: Endro Yuwanto

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR--Sekitar 500 jenis flora dan ribuan fauna yang terdapat di Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) terancam punah. Hal ini terungkap saat peluncuran buku yang berjudul '500 Spesies di Gunung Halimun Salak' di Kafe Dedaunan, Kebun Raya Bogor, Selasa (21/9).

Kasubid Pengembangan Lingkungan dan Wisata Alam Kementerian Kehutanan Republik Indonesia, Bambang Supriyanto, mengatakan, ratusan flora dan fauna ini terancam punah karena ulah manusia. "Karena adanya pembalakan liar, penjeratan satwa yang ada di TNGHS, dan pemburuan satwa di TNGHS," kata Bambang kepada wartawan usai menghadiri peluncuran buku.

Lebih lanjut Bambang mengatakan, dari ratusan flora yang ada di TNGHS, banyak di antaranya dapat dimanfaatkan sebagai tanaman obat. "Selain itu, di TNGHS ini juga ada 20 jenis pakan untuk ribuan owa jawa (Hylobates moloch) atau primata langka.

Tidak hanya pakan Owa Jawa dan jenis flora lainnya di TNGHS yang terancam punah, Owa Jawa pun terancam punah. "Terancam punah karena sering diburu," ujar Bambang.

Saat ini kata Bambang, ada sekitar 800 hingga 1100 ekor Owa Jawa di TNGHS. Pada Sebelumnya, kera berbulu abu-abu ini berjumlah 1300 ekor. "Sekitar seratus hingga dua ratus ekor yang punah," kata dia. Owa Jawa ini dibilang langka karena hanya terdapat di Pulau Jawa, dan populasi terbesar ada di TNGHS.

Bambang mengatakan, tidak hanya Owa Jawa yang terancanm punah, tetapi juga macan tutul. "Sebelumnya jumlah macan tutul di TNGHS berjumlah 96 ekor, yang punah sekitar empat ekor. Punahnya macan tutul ini biasanya karena kena jeratan. Memang yang dijerat sebenarnya bukan macan tutulnya tapi kambing atau babi, namun yang masuk dalam jeratan itu macan tutul tersebut," jelasnya.

Bambang menambahkan, untuk menghindari semakin meningkatnya angka flora dan fauna yang punah di TNGHS, pihak TNGHS sudah menerapkan peraturan agar pihak yang tidak berkepentingan tidak memasuki wilayah TNGHS lebih dalam. Pengrusakan yang dilakukan manusia ini juga berakibat pada terdegradasinya sekitar 22 persen lahan TNGHS.

Sementara itu, Kepala Balai Besar TNGHS, Istanto mengatakan, per tahunnya sekitar Rp 1 miliar dikucurkan dari APBN untuk pemeliharaan flora dan fauna dan survei di TNGHS yang mempunyai luas sekitar 113 ribu hektar ini. "Dana ini termasuk minim," kata dia.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement