Jumat 20 Aug 2010 11:04 WIB

Mengenang Kembali Sosok Kang Ibing

Rep: man/c26/ Red: irf

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Nama yang bisa disebut telah membuat banyak orang lupa hingga tak mengenal lagi nama yang sebenarnya, Rd. Aang Kusmayatna Kusumadinata. Tapi sebagai seorang Kang Ibing, popularitas lelaki kelahiran Sumedang tahun 1946 dan putra dari pasangan Rd Suyatna Kusumahdinata dan Rd Kusdiyah itu tak bisa dipisahkan dari jagat dunia perlawakan di Indonesia.

Terutama lagi bagi publik di Jawa Barat. Bahkan nama dan penampilannya identik dengan tokoh legendaris seperti Si Kabayan. Tokoh yang lugu, cerdik, sekaligus jenaka. Dan ini lalu dipertegas juga tak hanya karena pilihan nama grup lawak yang didirikannya bersama Aom Kusman dan Suryana Fatah (alm), yaitu D'Kabayan. Tapi juga kesuksesannya memerankan tokoh legendaris ketika diangkat ke layar film pada tahun 1975.

Namun demikian di balik kesuksesan popularitas namanya tersebut, ia tetap merasa digelisahkan melihat bagaimana perkembangan dunia lawak di Jawa Barat yang seakan-akan termarginalkan. Sebagai komedian, ia merasa humor atau lawak melulu dimengerti tak lebih dari sebuah pekerjaan yang memproduksi kelucu-lucuan agar orang tertawa. Tak lebih dari itu. Humor tak pernah dipahami sebagai bagian dari sebuah tradisi dan budaya kehidupan manusia, yang di dalamnya menyimpan hal-hal yang reflektif, kritis, bahkan filosofis.

Pada konteks ini pula, dalam pandangan suami dari Nieke Kusumayatna dan ayah dari Dikdik, Mega, dan Diane ini, dunia lawak atau humor sebagai bagian yang tak terpisahkan dari karakter masyarakat Sunda, seakan-akan belum bisa diterima sejajar seperti bentuk seni-seni lainnya. Paling tidak hal ini bisa ditengarai dari bentuk perhatian para inohong, yang tidak seperti yang dialami oleh kelompok Srimulat, misalnya, mereka memiliki apa yang disebut oleh Kang Ibing sebagai Bapak. Dan pelawak ini juga pernah menjabat Ketua Daya Mahasiswa Sunda (Damas) dan alumni Fakultas Sastra Rusia Unpad ini.

Kepergiannya menghadap Sang Khalik pun mengundang duka dari kalangan masyarakat Jawa Barat. Ucapan duka itu antara lain dikemukakan Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan. "Cara Kang Ibing menyajikan seni Sunda menjadikan kesenian Sunda dikenal luas. Tidak hanya di lingkup Jawa Barat tapi juga secara nasional dan mancanegara," ujar dia.

Heryawan menambahkan bahwa Kang Ibing berhasil menyampaikan pesan moral dan pembangunan kepada masyarakat. Kontribusi Kang Ibing, kata dia, sangat besar dalam mengisi pembangunan di Jawa Barat.

Beni Fitriadi, salah satu teman Ibing di Radio Mara FM, mengungkapkan kehilangannya atas meninggalnya salah satu anggota grup lawak De’Kebayan itu. “Yang pasti saya sangat kehilangan. Saya banyak belajar dari dia (Ibing, red) mengenai Kesundaan,” kata Beni saat dihubungi Republika, Kamis (19/8) malam.

Ibing merupakan sutradara yang sangat produktif menghasilkan beberapa karya seperti film. Beberapa karya film yang telah disuntingnya antara lain, Si Kabayan (1975), Ateng The Godfather (1976), Bang Kojak (1977), Si Kabayan dan Gadis Kota (1989), juga Komar Si Glen Kemon Mudik (1990).

sumber : Pusdok Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement