Sabtu 14 Aug 2010 22:59 WIB

Inilah Tujuh Golongan yang akan Bernaung di Bawah Arsy

Rep: Ina Febriani/ Red: Ajeng Ritzki Pitakasari

REPUBLIKA.CO.ID,

REPUBLIKA.CO.ID, Bagi oang yang beriman dan beramal shaleh, tiada ganjaran bagi mereka selain surga. Dalam al-Quran pun demikian. Iman selalu disandingkan dengan amal shaleh. Jika hanya beriman tanpa diisi dengan amal shaleh, maka keimanan itu akan kurang sempurna. Begitu pun sebaliknya. ’’Demi masa. Sesungguhnya manusia sangat merugi. Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal shaleh, yang saling mengingatkan dalam kebenaran dan kesabaran.’’ (QS. Al-’Ashr: 1-3).

Banyak amal shaleh yang dapat dilakukan dalam bulan suci Ramadhan ini. Beberapa di antaranya bersedekah, tadarus al-Quran, i’tikaf di masjid, shalat malam dan lain sebagainya. Sungguh beruntung orang-orang yang dapat melaksanakan ibadah-ibadah tersebut serta menyeimbangkan urusan duniawi dengan ukhrawi agar siap melewati cobaan di hari akhir nanti. Dalam hadits Rasulullah disebutkan, ada tujuh golongan yang akan dilindungi Allah berupa naungan ’Arsy-Nya di hari kiamat. Sebab tidak ada satu pun yang dapat menolong kita dari sulitnya hari kiamat, selain pertolongan dari-Nya.

Dari Abu Hurairah ra berkata, Rasulullah Saw bersabda: ’’Tujuh golongan yang akan berteduh di bawah ’Arsy Allah, pada hari yang tiada bisa berteduh kecuali keteduhan ’Arsy pada hari kiamat yaitu:

Pertama, imam yang adil. Imam di sini, menurut Hajar Al-Atsqolany, ialah khalifah ata dapat pula disebut dengan pemimpin yang adil terhadap rakyatnya. Pemimpin yang mencontoh kesahajaan para Khulafaur Rasyidiin yang senantiasa memikirkan nasib rakyat. Pemimpin yang dapat memecahkan masalah yang menimpa rakyatnya, sehingga membuat rakyat tersebut menaruh kepercayaan dan keridhaan yang besar atas amanat yang ia emban.

Dua, pemuda-pemudi yang giat beribadah. Alangkah beruntungnya jika masa muda kita isi dengan ibadah. Penguatan mental dan rohani tidak serta merta kita dapat begitu saja. Perlu waktu yang cukup lama untuk menjadi pemuda yang cerdas. Tak hanya cerdas secara intelektual, namun juga cerdas spiritual. Dalam kitab Ta’lim Muta’lim, ada beberapa tahapan yang harus dilalui seorang hamba untuk mendapatkan ilmu, salah satunya thuula al-waqt (waktu yang lama). Oleh karena itu, sudah seyogyanya pemuda-pemudi Indonesia yang sudah terjamah oleh dahsyatnya perkembangan teknologi, lebih meningkatkan kualitas ibadah mereka.  Dengan pondasi iman yang kokoh, Insya Allah takkan tergoyahkan oleh badai yang menghantam sedahsyat apa pun itu.

Tiga, orang yang suka berdizikir pada waktu dan tempat yang sunyi, kemudian air matanya mengalir karena Allah. Dzikir, adalah salah satu bukti kecintaan kita pada Allah. Dzikir lisan, jika dibarengi dengan dzikirnya hati, pasti akan mendapatkan ketentraman batin yang tak terhingga. Manusia tak luput dari khilaf dan dosa, karena itu Allah menganjurkan manusia untuk banyak berdzikir, banyak mengingat dosa dan mengingat-Nya. ’’ (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.’’ (QS. Ar-Ra’d: 28).

Empat. Orang yang hatinya selalu teringat kepada masjid ketika keluar hingga kembali lagi ke masjid. Seseorang yang senantiasa terpaut ke masjid untuk melakukan ibadah, tidak ada pahala terbaik dari Allah selain ampunan, cinta dan surga-Nya. Tempat bernaung terbaik di dunia adalah masjid. Masjidlah tempat seluruh Muslim bersujud dan sebaik-baiknya tempat untuk memohon ampunan-Nya.

Lima. Orang yang suka bersedekah, kemudian dia merahasiakannya sehingga tangan kirinya tidak mengetahaui apa yang dilakukan oleh tangan kanananya. Sedekah secara sirri (sembunyi-sembunyi) itu jauh lebih utama ketimbang sedekah yang hanya diniatkan agar orang lain mengetahui sedekah kita. Dalam Qs Al-Baqarah disebutkan,’’Orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, kemudian mereka tidak mengiringi apa yang dinafkahkannya itu dengan menyebut-nyebut pemberiannya dan dengan tidak menyakiti (perasaan si penerima), mereka memperoleh pahala di sisi Tuhan mereka. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.’’ (Al-Baqoroh: 262).

Ayat tersebut mengisyaratkan bahwa ikhlas, lahir dari hati dan tidak menyebut-nyebut berapa banyaknya pemberian kita. Menurut Ibnu Hajar Al-Atsqolany dalam kitabnya yang berjudul Nashoihul ’Ibad (Kumpulan nasihat-nasihat), sedekah tatthawu’ (sedekah sunnah) dianjurkan jika dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Sedangkan sedekah wajib, seperti zakat fitrah, sunnah dilakukan secara terang-terangan.

Enam, dua orang yang saling mencintai karena Allah. Mereka berkumpul karena Allah, mereka berpisah pun karena Allah. Mencintai karena Allah, berarti ikhlas dan ridha mengikuti semua perintah Allah dan Rosul-Nya. Dalam QS Ali Imroon Allah berfirman, ’’Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Ali Imraan: 31).

Tujuh. Laki-laki yang diajak mesum oleh perempuan, tetapi dia menolaknya seraya berkata, ’’Aku takut pada Allah,’’. Masih ingat kisah Nabi Yusuf as? Beliau pernah diuji oleh Allah dengan cukup berat; cobaan hawa nafsu. Zulaikha, istri sang majikan pernah mengajaknya untuk berzina saat suaminya tidak di rumah. Namun, Yusuf bersikeras menolak, karena ia takut akan azab Allah jika ia menuruti hawa nafsu syaithan tersebut.

Kisah ini terangkum dalam QS Yusuf,’’ Dan wanita (Zulaikha) yang Yusuf tinggal di rumahnya menggoda Yusuf untuk menundukkan dirinya (kepadanya) dan dia menutup pintu-pintu, seraya berkata: "Marilah ke sini." Yusuf berkata: "Aku berlindung kepada Allah, sungguh tuanku telah memperlakukan aku dengan baik." Sesungguhnya orang-orang yang zalim tiada akan beruntung.(QS: Yusuf: 23).

Kendati Yusuf sudah bersikeras, godaan itu semakin besar menghantam keimanannya. Namun, Allah menguatkan hatinya. ’’Sesungguhnya wanita itu telah bermaksud (melakukan perbuatan itu) dengan Yusuf, dan Yusuf pun bermaksud (melakukan pula) dengan wanita itu andaikata dia tidak melihat tanda (dari) Tuhannya. Demikianlah, agar Kami memalingkan dari padanya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu termasuk hamba-hamba Kami yang terpilih. (QS. Yusuf: 24).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement