Rabu 21 Jul 2010 19:55 WIB

Janin Laki-laki Lebih Tahan Stres Ketimbang Janin Perempuan

REPUBLIKA.CO.ID, ADELAIDE--Kalimat "ibu hamil tak boleh stres karena bayi bisa ikut stress" tampaknya harus sedikit diralat, dengan menambahkan kalimat "kecuali janinnya laki-laki".

Penelitian terbaru para pakar kesehatan di University of Adelaide di Australia Selatan membuktikan, janin laki-laki mengabaikan respons terhadap stres ibunya- tidak seperti perempuan, yang sangat sensitif terhadap itu. Penemuan ini bisa mengarah pada pengobatan yang lebih baik untuk janin laki-laki berisiko lahir prematur.

Mengapa stres bisa menular pada ibu ke janin? Wanita hamil menghasilkan hormon stres kortisol, yang dapat melewati plasenta. Tapi selama ini masih belum jelas bagaimana ini mempengaruhi perkembangan janin, dan apakah janin wanita dan pria merespons berbeda terhadap hormon ini. Selama serangan asma, tingginya tingkat kortisol dilepaskan.

Maka, Vicki Clifton dan rekan-rekannya di University of Adelaide menyelidiki pengaruh kortisol pada janin dengan mengikuti 123 wanita penderita asma dan 51 wanita sehat selama kehamilan mereka. Tim ini  merekam tingkat keparahan asma setiap wanita dan obatnya pada pekan ke-12, 18, dan 30 kehamilan.

Empat puluh lima menit setelah wanita melahirkan, Clifton dan timnya mengukur kortisol dalam darah tali pusat dan plasenta untuk menganalisis ekspresi gen yang berhubungan dengan respons stres. Dia juga mencatat jenis kelamin bayi yang baru lahir dan berat lahir.

Bayi perempuan yang dilahirkan oleh wanita dengan asma sedang hingga berat memiliki tingkat kortisol dalam darah tali mereka - rata-rata dari 245 milimol per liter - dibandingkan dengan bayi perempuan dilahirkan ibu dengan kecenderungan asma rendah hingga sedang, yang rata-rata 202 dan 209 milimol per liter masing-masing.

Namun, tidak ada perbedaan dalam tingkat kortisol diamati pada bayi laki-laki lahir.

Tim juga mengamati bahwa 22,5 persen dari bayi perempuan yang dilahirkan oleh wanita penderita asma yang kecil serangannya dalam usia kehamilan mereka, memiliki berat paling ringan 10 persen dari semua bayi yang lahir di seluruh dunia. Sekali lagi, tidak ada perbedaan yang diamati pada anak laki-laki dari kelompok baik.

"Wanita sangat sensitif terhadap apa yang terjadi dalam tubuh ibu, tapi laki-laki abaikan saja," kata Clifton, yang mempresentasikan hasil penelitiannya di University of Adelaide pekan lalu.

Berat lahir rendah dikaitkan dengan hipertensi, diabetes dan depresi pada masa dewasa, tetapi janin yang lebih kecil berupaya lebih baik dengan kesulitan dalam rahim, seperti penurunan gizi selama serangan asma. Tetapi janin laki-laki mengambil risiko, kata Clifton, mengabaikan peningkatan kortisol dan terus tumbuh pada kecepatan biasa.

"Pasti ada beberapa manfaat yang lebih besar pada bayi aki-laki saat lahir, dan ini adalah bernilai," kata Tim Moss, seorang ahli fisiologi kehamilan di Monash University di Melbourne, Australia. Moss mengatakan penelitian ini mempunyai aplikasi klinis penting yang "bisa membantu kita untuk mengurangi kerentanan bayi."

sumber : New Scientist
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement