Senin 12 Jul 2010 22:05 WIB

Dodong Kodir, Telanjur 'Menikah' dengan Sampah

Rep: vie/ Red: irf

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Kolaborasi dengan pemusik ternama adalah suatu hal yang menggembirakan bagi Dodong Kodir (58 tahun). Tak hanya di dalam negeri, tapi juga mancanegara. Almarhum Harry Roesli, salah salah satu sobatnya, berpesan, "Teruskan berkarya sobatnya, berpesan, "Teruskan karena kamu sudah telanjur menikah dengan sampah.'' Sampah? Dodong memang mengolah sampah menjadi peralatan musik baru. Pada 1998, ketika Harry Roesli menggarap musik dan teater "Petaka Sampah", Dodong memiliki andil menyumbangkan suara ribuan lalat terbang.

Peralatan musik Dodong menghasilkan suara-suara bernuansa alam. Gelegar halilintar, tornado, tsunami, gemuruh longsor, dan bunyi alam lainnya. Beragam suara binatang pun dimiliki berkat bersahabat dengan sampah. Di antaranya, suara kodok, cecak, ayam, jutaan lalat terbang, monyet, gajah, macan, dan hewan lainnya.

Sebelum melihat sendiri peralatan musiknya, mungkin kita tak percaya aneka suara aneh ini berasal dari sampah. Sebelum melihat sendiri peralatan musiknya, mungkin kita tak percaya aneka suara aneh ini berasal dari sampah. Sebab, suara itu sangat mirip dengan aslinya. "Yang bisa menyaingi suara-suara saya ini hanya musik yang sudah diprogram di komputer,'' ungkap Dodong.

Perbedaannya, musik digital hanya terdengar suaranya. Sedangkan karya Dodong, tak hanya suara, tetapi nyata ada alat musik yang dimainkan. Siapa pun bisa mencoba memainkannya. Hal ini yang membuat banyak kalangan terpukau. Keunikan yang dilakukan ayah tiga putri ini sudah ditapak sejak tahun 1990-an.

Awalnya ingin mencari sesuatu yang baru, setelah sekian lama berkutat dengan gamelan. Di sisi lain, ada kebutuhan suara alam tanpa harus membeli alatnya di toko musik. “Kita ciptakan saja dengan kreasi sendiri,’’ pikirnya saat itu.

Mulailah dia mengulik dari bahan limbah apa pun kecuali kertas dan daun. Ibaratnya, sampah siap dilempar ke pembuangan, Dodong akan segera menyelamatkan. Contoh kecil saja, bekas alat cukur kumis-janggut dari bahan plastik diutak-atik menghasil kan suara cecak dan kodok. Di tangan Dodong, kaleng bekas rokok digesek dengan kayu menghasilkan suara 'kukuruyuk' ayam.

Alat musik usang atau tak terpakai lagi di tangan Dodong menjelma menjadi alat musik baru. Dia pernah memodifikasi alat musik lama, senarnya diganti dengan senar raket tenis, membran dari kulit biawak. Terciptalah alat petik baru diberi nama Alodo, kepanjangan dari Alat Petik Dodong. Alat musik ini luar biasa bisa menghasilkan suara kesenian dari seluruh nusantara.

Dari gagang sapu dipadukan dengan karet helm, ketika dipetik mengeluarkan suara bas. Dodong memberi nama Bosdong alias Kontra Bas Dodong. Masih banyak eksperimen yang dilakukan pria yang menyimpan bakat seni secara alami ini.

Berkat alat musik limbah ini, mengantarkan Dodong menjelajahi berbagai negara. Kepiawaiannya memainkan alat-alat musik sampah ini juga yang mengantarkan Dodong berlaga satu panggung dengan pemusik etnik kelas dunia. Tahun 2006 di Paris, dia berkolaborasi dengan para musisi dunia dalam rangka mengenang Mozart. "Saya satu-satunya perwakilan dari Indonesia,'' kata karyawan di Sekolah Tinggi Seni Indonesia Bandung ini.

Tahun 1996, ia tampil di Jepang berkolaborasi dengan teater musikal tiga negara: Indonesia, Jepang, dan Filipina. Beberapa alat musik hasil karyanya kini dipajang di museum ternama di luar negeri, seperti di Syprus, Madrid (Spanyol), hingga Meksiko.

Pengalaman ini juga menjadikan inspirasi bagi Dodong untuk membuat museum serupa di Bandung. "Saya ingin membuat museum berisi karyakarya Dodong. Biayanya biar Allah saja yang membantu.'' Alat-alat musik limbahnya kini tersimpan di rumahnya di kawasan Dago, Bandung.

Peralatan ini tak dijual. Mungkin ke depan alat musik ini bisa diproduksi. Tapi, Dodong tak ingin peralatan ini dijual murah dan dianggap sebagai mainan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement