Jumat 09 Jul 2010 00:16 WIB

Muhammadiyah Kritisi Miskinnya Kepemimpinan

Rep: MY1/ Red: Budi Raharjo

REPUBLIKA.CO.ID,YOGYAKARTA--Muktamar Seabad Muhammadiyah yang berlangsung  3-8 Juli 2010 turut menanggapi sejumlah isu-isu strategis yang berkaitan dengan keumatan, kebangsaan, dan kemanusiaan universal. Salah satu isu yang dikritisi Muhammadiyah terkait keumatan adalah kemiskinan kepemimpinan.

Muhammadiyah menilai kemiskinan kepemimpinan dapat mengakibatkan umat Islam tercerai berai dan terpuruk dalam keterbelakangan. Lantaran hal itu, Muhammadiyah merekomendasikan adanya pengembangan kepemimpinan kolektif. Hal itu terungkap dalam pembacaan keputusan Muktamar oleh Ketua Pengurus Pusat Muhammadiyah periode 2010-2015, Ahmad Dahlan Rais, di Sportorium UMY, Kamis (8/7).

Kepemimpinan kolektif transformatif tersebut, jelasnya, menjadi penyempurnaan model kepemimpinan personal kharismatik. Kepemimpinan tersebut, ujarnya, tidak lagi relevan dalam konteks masyarakat yang terbuka dan rasional. Karena itu, Muhammadiyah, ujarnya, mendorong peningkatan dialog dan kerja sama internal umat Islam. Hal tersebut akan meningkatkan sikap saling menerima dan bekerjasama dalam bidang pendidikan, kesehatan, dan ekonomi.

Selain itu, konservatisme dan formalisme agama menjadi isu yang dikritisi Muhamamdiyah. Dijelaskannya, konsevatisme agama merupakan kecenderungan untuk mengembalikan praktik keagamaan pada tradisi masa lampau dengan menolak kemajuan. Paham ini, ujarnya, sering menimbulkan masalah keagamaan dan kebangsaan. ''Salah satunya adalah kekeliruan identifikasi Islam dengan Arab,'' ujar Ahmad Dahlan.

Melihat pandangan tersebut, Muhammadiyah merekomendasikan untuk mengembangkan pemahaman agama yang luas dan mendalam sesuai paham Islam berkemajuan. Pemahaman tersebut juga harus realistis terhadap masalah-masalah kekinian dan menghargai rasionalitas. Paham ini dipandang akan mendorong substansialisasi agama ke dalam perundang-undangan, sitem politik, dan kehidupan kebangsaan-kenegaraan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement