Rabu 23 Jun 2010 03:34 WIB

Duh, Pria juga Bisa Menopause?

Rep: cr2/ Red: Ririn Sjafriani
Pria paruh baya (ilustrasi)
Foto: corbis
Pria paruh baya (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON--Kasus menopause pria dalam dunia medis memang terhitung jarang bahkan tidak pernah ditemukan.

Namun, hasil riset terbaru berhasil mengungkap tiga gejala 'misterius' menopause pada pria yang merujuk pada minimnya produksi hormon testoteron pada tubuh pria. Hasil riset kemudian dipublikasikan dalam New England Journal of Medicine.

Berbeda dengan gejala menopause pada perempuan, menopause pria hanya menimpa dua persen pria. Adapun gejala umum yang menandakan seorang pria mengalami menopause adalah rasa lelah, lemas, impotensi, dan depresi.

Selain gejala umum, peneliti juga mendapati gejala utama yang kebanyakan dialami kaum pria, yaitu gagal ereksi, penurunan minat berhubungan seksual dan disfungsi ereksi .

Menurut peneliti, tiga gejala tersebut disebabkan minimnya produksi testoteron. Kekurangan produksi hormon tersebut membuat efek lain seperti kesulitan mengangkat benda berat, tidak lagi mampu berjalaan kaki sehingga 1 km dan kesulitan untuk mengontrol tenaga, cepat lelah dan emosional.

Selain itu, peneliti juga mengungkap gejala lain yang awalnya bukan disebabkan minimnya produksi hormon testoteron, namun, mendadak menjadi bagian dari gejala menopause pria. Gejala-gejala itu antara lain perubahan pola tidur, minimnya konsentrasi, merasa tidak berguna, gelisah, gugup dan kesulitan bangun dari kursi.

Pemimpin riset, Profesor Fred Wu mengatakan pihaknya sulit untuk membedakan antara pria dengan produksi hormon testeron normal tapi mengalami disfungsi seksual dengan pria yang mengalami menopause.

Sementara itu, peneliti dari Imperial College London, Ilpo Huhtaniemi, pakar reproduksi percayay setengah pria membutuhkan hormon testoteron dan sebagian dari mereka cenderung skeptis menilai menopause pada pria.

"Kebenaran itu ada diantara kemustahilan dan langka. Namun, ada sedikit pria yang mendapatkan manfaat dari penanganan dan pengobatan," ujarnya seperti dikutip dari Telegraph, akhir pekan lalu.

Ia menambahkan, seorang pria yang memiliki gejala disfungsi seksual tetapi memiliki produksi hormon testoteron yang normal disebabkan faktor lain dan terapi hormon tidak akan membantu

sumber : telegraph
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement