Selasa 15 Jun 2010 02:47 WIB

Unjuk Rasa Pekerja Piala Dunia Berakhir Rusuh

Unjuk Rasa Pekerja Piala Dunia Berakhir Rusuh

REPUBLIKA.CO.ID, JOHANNESBURG -- Polisi anti huru hara bersenjata menembakkan gas air mata dan peluru karet untuk membubarkan unjuk rasa ratusan penjaga keamanan di sebuah stadion Piala Dunia. Aksi demonstrasi itu dilakukan hanya beberapa jam setelah pertandingan antara Jerman dan Australia.

Polisi juga menyalakan dua granat perkusif, yang hanya menimbulkan efek ledakan keras, untuk mendorong para pekerja keluar dari tempat parkir bawah tanah Stadion Moses Mabidha di Durban setelah kemenangan Jerman di Grup D.

Wartawan Associated Press melihat sekitar 30 orang ditangkap polisi usai kerusuhan itu. Suasana dengan cepat terkendali dan beberapa penjaga keamanan, mengenakan jaket oranye dan hijau, terus berkerumun di luar stadion.

Seorang fotografer AP menceritakan proses pembubaran unjuk rasa. Ketika massa mulai tak terkendali,  polisi menembakkan gas air mata pada pengunjuk rasa di luar stadion. Sekitar 100 polisi kemudian mengepung sekelompok sekitar 300 pengunjuk rasa di sebuah jalan dekat stadion dan memisahkan laki-laki dari perempuan. Para pengunjuk rasa kemudian meninggalkan lokasi demonstrasi dengan damai setelah diskusi dengan polisi.

Letnan Kolonel Leon Engelbrecht, juru bicara polisi ditugaskan di Piala Dunia, menegaskan bahwa gas air mata digunakan untuk membantu mengakhiri protes panjang, tapi tidak ada yang terluka parah. Seorang wanita dilaporkan terkena peluru karet, namun hanya menderita memar saja.

Engelbrecht mengatakan protes muncul dari perselisihan antara pekerja stadion dan kontraktor keamanan atas gaji mereka. Mereka dibayar kurang separuh dari gaji yang dijanjikan. "Ada kekhawatiran bahwa perusahaan keamanan tidak memiliki dilunasi sebelum turnamen," ujar Engelbrecht. "Dialog akan terus untuk memastikan hal semacam ini tidak terjadi lagi."

Kaya Mkhondo, kepala komunikasi untuk Piala dunia panitia lokal, mengatakan protes tidak memiliki dampak pada keamanan di pertandingan atau penonton. Seorang jurubicara FIFA menolak berkomentar soal hal ini.

Menurut sumber AP, mereka dijanjikan gaji 1.500 rand (195 dolar AS), namun kenyataannya mereka hanya dibayar 190 rand (25 dolar AS) perminggu. Banyak dari para demonstran itu melambaikan amplop coklat kecil gaji mereka.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement