Selasa 01 Jun 2010 07:52 WIB

Banten akan Bangun Pusat Penangkaran Badak Jawa

REPUBLIKA.CO.ID,PANDEGLANG--Pemerintah Provinsi Banten akan segera meluncurkan pembangunan pusat penangkaran badak jawa yang berlokasi di Taman Nasional Ujung Kulon, Kabupaten Pandeglang. Kepala Balai Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) Pandeglang Agus Priambudi di Pandeglang, Senin, menjelaskan persiapan untuk peluncuran itu sudah matang, dan kini tinggal menunggu waktu dari Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah. "Gubernur sudah siap untuk memimpin peluncuran itu, dan kini sedang disusun jadwalnya oleh Sekretariat Provinsi Banten. Dalam peluncuran itu rencananya akan dihadiri Menteri Dalam Negeri dan Menteri Kehutanan," katanya.

Ia juga menjelaskan, International Rhino Foundation (IRF), sebuah LSM yang peduli terhadap kelestarian badak, telah menyatakan kesiapannya untuk mendanai pembangunan pusat penangkaran badak jawa. "IRF sudah menyatakan kesiapannya untuk menjadi donator pembangunan penangkaran badak jawa itu," kata Kepala Balai Taman Nasional Ujung Kulon Pandeglang Agus Priambudi di Pandeglang.

Untuk pelaksanaannya, kata dia, IRF telah menjalin kerja sama dengan pihak Yayasan Badak Indonesia (YABI). Jika semuanya berjalan lancar maka pembangunan pusat panangkaran badak itu akan dimulai pada 2010, dengan lokasi di di Gunung Honje bagian selatan dengan luas 4.000 hektare yang nantinya akan dijadikan sebagai taman margasatwa.

Menurut dia, kalau penangkaran itu berhasil tentu pengunjung bisa melihat langsung kehidupan Badak. Sebab, saat ini banyak warga belum mengetahui keberadaan badak jawa tersebut. Ia juga menjelaskan, populasi badak jawa (rhinoceros sondaicus) di Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten, diperkirakan sekitar 50 ekor. Populasi itu relatif sedikit, karena masa perkembangbiakan hewan ini termasuk sulit, apalagi badak yang ada sebagian besar merupakan pejantan.

Perburuan terhadap badak bercula satu itu belum pernah ditemukan, karena itu walaupun ada hewan langka tersebut yang mati itu karena alami disebabkan usianya telah tua atau sakit. Dalam beberapa tahun terakhir tim dari TNUK menemukan badak yang mati sekitar tujuh ekor, enam di antaranya karena faktor usia dan satu ekor lainnya disebabkan sakit.

Badak jawa, kata dia, termasuk binatang berusia lama karena bisa hidup hingga 40 tahun. Hewan bercula satu itu hanya hidup di TNUK yang populasinya saat ini sekitar 50 ekor dan di Vietnam tidak lebih 10 ekor, sebagian besar betina. Guna mengetahui perkembangan populasi hewan langka itu, TNUK bekerja sama dengan berbagai pihak di antaranya WWF (World Wide Fund For Nature) secara rutin melakukan sensus.

Selain itu, juga beberapa wilayah yang menjadi "perputaran" binatang tersebut telah dipasangi kamera pengintai. Jumlah kamera yang terpasang sebanyak 30 unit dan seluruhnya berfungsi. Ia juga menjelaskan, saat ini, spesies badak di dunia ada lima jenis yakni badak hitam (diceros bicornis), badak putih (ceratotherium simum), badak india (rhinoceros unicornis), badak sumatera (dicerorhinus sumatrensis) dan badak jawa (rhinoceros sondaicus).

sumber : ant
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement