Jumat 28 May 2010 00:02 WIB

Hizbullah Gelar Wisata Jihad , Siapa Ikut?

Rep: Wulan Tunjung Palupi/ Red: irf

REPUBLIKA.CO.ID, SOJOD--Para pelajar itu pun bertepuk tangan dan bersorak-sorai saat melihat parade peluncur roket oleh seorang pejuang Hizbullah. Mereka berfoto dengan pejuang itu, mendengar berbagai cerita taktik bertempur dengan Israel di medan perang, langsung dari sang pelaku.

Ini adalah kunjungan sekitar 400 mahasiswa Universitas Lebanon ke wilayah selatan Lebanon, yang dikenal sebagai basis terkuat Hizbullah. Mereka menyebut kegiatan ini sebagai pariwisata jihad. Sebuah ikon menandai penarikan tentara Israel dari Lebanon selatan.

Sebuah museum luas yang memuat berbagai bukti sejarah Hizbullah juga dibangun. "Kami membawa siswa ke daerah yang sebelumnya diduduki Israel untuk me unjukkan bagaimana perlawanan kami, dengan kemampuan minim, mengalahkan tentara kuat," kata Jihad Hammoud, penyelenggara wisata.

Pejuang Hizbullah berperang melawan pasukan Israel yang menguasai wilayah Lebanon di sepanjang perbatasan hingga Mei 2000. Israel pun menarik pasukan dan mengakhiri pendudukan militer Israel yang berlangsung 22 tahun.

Penarikan tentara Israel itu menandai puncak perjuangan Hizbullah, organisasi heroik yang di mata orang Lebanon dan Arab sebagai pembebas yang memenangkan kembali wilayah tanpa negosiasi atau konsesi. Hizbullah makin mengkilap reputasinya setelah memaksa Israel menarik pasukan selama perang sebulan pada 2006. Hizbullah dan Israel bertempur sebulan yang menewaskan 1.200 orang di Lebanon dan 160 orang di Israel.

Pada Sabtu (22/5), sekitar 450 siswa, baik Kristen maupun Muslim dari Universitas Amerika Lebanon, mengambil bagian dalam kunjungan berjuluk 'perjalanan penghormatan' ke benteng Hizbullah di Lebanon selatan. Tamasya tak umum ini meliputi kunjungan ke bukit berhutan di wilayah Sojod, utara daerah kantong yang diduduki Israel selama 18 tahun, hingga menarik pasukan pada 25 Mei 2000.

Di tempat ini, para siswa dibawa melalui bukit berbatu, medan yang sulit ke tempat Hadi Nasrallah, putra pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah, yang tewas saat serangan gerilya ke posisi Israel pada 1997. Para siswa berbaur dan berfoto walaupun anggota Hizbullah meminta tak ada gambar wajah mereka diambil.

Para siswa bersorak-sorai saat dipamerkan senapan antipesawat dan peluncur roket Katyusha untuk melawan Israel, meski alat itu tak lagi digunakan. Hizbullah baru-baru ini berusaha mengubah dirinya sebagai gerakan politik yang lebih konvensional di Lebanon.

Langkah membangun museum serta proyek wisata siswa menunjukkan mereka mencoba menjangkau lebih jauh ke masyarakat Lebanon. "Ini kunjungan yang menyenangkan, sangat terorganisasi dengan baik," kata Rana Mhaydleh (19 tahun), mahasiswa matematika dan sains. Ia menganggap amat penting untuk melihat dengan mata kepala sendiri apa dan bagaimana Hizbullah. "Karena ada banyak prasangka di luar sana," ujar dia.

Setelah kunjungan ke Sojod, Ahad (23/5), para siswa dibawa ke sebuah museum yang baru diresmikan Hizbullah di desa dekat Mlita, yang penuh dengan rampasan perang dari tentara Israel, juga tugu peringatan bagi mereka yang tewas. Kompleks museum di Mlita ini memiliki luas 60 ribu meter persegi, terdiri atas galeri, gua-gua, dan 250 meter jalan panjang menurun yang berisi replika kehidupan pejuang Hizbullah, simulasi pertempuran dengan Israel di medan perang, dan terowongan bawah tanah.

Meskipun ini bukan kali pertama Hizbullah memajang benda-benda heroik mengenang pertempurannya. Seperti biasa, Israel mengutuk museum itu dengan mengatakan mereka sengaja menebar kebencian. Beberapa pejabat Lebanon, termasuk wakil presiden dan perdana menteri, menghadiri pembukaan museum ini, juga di antaranya Noam Chomsky, seorang Amerika-Yahudi yang amat vokal mengkritik Israel.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement