Rabu 26 May 2010 08:13 WIB

Konser Keroncong 12 Jam Mengenang 7 Hari Wafatnya Gesang

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Para seniman keroncong Surakarta akan menggelar konser musik selama 12 jam di kawasan Ngarsopuro, Solo, pada peringatan tujuh hari meninggalnya Gesang Martohartono,

Konser keroncong akan digelar bertepatan tujuh hari meninggalnya maestro musik keroncong Gesang, Kamis (27/5), sekitar pukul 18.00 WIB hingga Jumat (28/5) pukul 06.00 WIB, kata ketua penyelenggara acara itu, Wartono, di Solo, Selasa.

Menurut Wartono, pada pertengahan konser, sekitar pukul 00.00 WIB digelar renungan malam untuk mengenang jasa besar Gesang. Saat renungan, seluruh lampu di sekitar arena dipadamkan, diganti dengan nyala lilin dan iringan sebuah lagu karya Gesang, Pandan Wangi.

Menurut dia, konser keroncong tersebut digelar secara spontanitas dan berawal dari pembicaraan sejumlah komunitas musik keroncong sepeninggal sang maestro. "Sejumlah grup keroncong di kota ini sudah menyampaikan kesediaan ikut berperan serta mengisi pentas sebagai bentuk kecintaan sekaligus penghormatan terhadap Gesang," katanya.

Selain itu, Pemerintah Kota Surakarta bersama Taman Budaya Jawa Tengah di Solo, akan menyediakan tempat atau panggung, lampu dan peralatan suara. Menurut dia, yang sudah mendaftar hingga saat ini sebanyak 24 grup, yang selain dari Kota Solo, juga datang dari Sukoharjo dan Karangayar.

"Jumlah akan terus bertambah karena pimpinan grup orkes keroncong banyak yang menghubungi panitia, tetapi belum memberikan kepastian," katanya. Menyinggung dipilihnya lagu Pandan Wangi untuk renungan malam, kata dia, kerena lagu itu memiliki makna mendalam baik bagi Gesang maupun dunia kesenian pada umumnya.

"Lagu Pandan Wangi memang tidak begitu terkenal seperti halnya lagu karya Gesang lainnya, tetapi dari sisi makna syair serta pilihan nada yang melankolis sesuai untuk mengiringi renungan," katanya.

Sementara manajer panggung Konser Keroncong 12 Jam, Pamuji, menjelaskan, lagu Pandan Wangi yang diciptakan tahun 1970 menyiratkan sikap Gesang terhadap hidup dan kehidupan yang menuntut kearifan.

Bahkan, lagu tersebut dapat dimaknai sebagai isyarat dunia kesenimanan tradisional yang harus hidup pada lingkungan yang keras dan sulit. Namun, kata dia, Gesang, melalui karya-karyanya, mampu mewangi, menyinari dunia dan tampaknya menjadi kontekstual serta renungan bagi para seniman tradisional masa kini untuk terus berkarya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement