Kamis 15 Apr 2010 05:21 WIB

Pelajar Indonesia Raih Emas dan Perak di Azerbaijan

Rep: Anissa Mutia/ Red: Endro Yuwanto
Medadi emas
Medadi emas

JAKARTA--Pelajar Indonesia kembali meraih prestasi di kancah internasional dalam bidang penelitian. Medali emas dan perak disumbangkan pelajar Indonesia di ajang 4th International Environmental Project Olympiad-EUROASIA (INEPO-EUROASIA) di Baku, Azerbaijan.

Kali ini, dua pelajar sekolah menengah pertama (SMA) Indonesia asal Aceh, Amalul Auni (16) dan Teuku Muhammad Farhan Dermawan (16) dari SMA Fatih Bilingual Boarding School, Banda Aceh, meraih emas dan M Khifzon Azwar (15) dari SMA Kusuma Bangsa, Palembang meraih medali perak.

Ketiga pelajar Indonesia tersebut menjadi yang terbaik dari 36 pelajar negara lain.

Dalam lomba tersebut, Amalul dan Farhan menampilkan proyek tentang “Penentuaan kadar timbal dan Merkuri pada Rambut Manusia dan Tanaman Kangkung di Tanah Tsunami Provinsi Aceh".

Menurut mereka, akibat tsunami, tanah di Aceh tercemar polutan yang mengakibatkan tanah menjadi tidak subur dan tidak dapat dijadikan tempat hidupnya organisme. “Logam berat seperti timbal dan merkuri adalah polutan yang berbahaya bagi lingkungan dan kehidupan organisme, maka tanah harus dijaga kestabilannya dari polutan berbahaya tersebut,” ujar Farhan dan Amalul kepada wartawan setibanya di Bandara Soekarno-Hatta, Jakarta, Rabu (14/4).

Dan ternyata, tanaman kangkung dapat digunakan untuk mengurangi kadar logam berat yang terkandung di dalam tanah sehingga tanah menjadi lebih aman. “Di percobaan, mesin AAS digunakan untuk menganalisa kadar logam berat yang terakumulasi ke dalam tanaman kangkung serta pada rambut manusia,” ujarnya

Dalam penelitian tersebut, polutan 0,69 ml/kg merkuri dan 0,2 ml/kg timbal di campurkan ke dalam tanah, lanjut Amalul, kemudian bibit kangkung ditanam di tanah yang telah dicampurkan logam berat tersebut sampai enam minggu.

Ketika tanaman kangkung tumbuh, ternyata logam berat dalam tanah berkurang 0,22 ml/kg. “Kenapa kami pakai kangkung karena murah untuk biaya penelitian, dan kami hanya menghabiskan Rp 1,6 juta dalam waktu penelitian kesuluruhan 6 bulan,” jelas Farhan.

Sementara, Khifzon dari SMA Kusuma Bangsa, Palembang, mempresentasikan penelitiannya yang berjudul “Membuat Biodegradable Plastik dari Pati Singkong”. Teknologi biodegradable plastik ini adalah suatu upaya pengurangan penggunaan minyak untuk membuat plastik.

“Dalam penelitian ini disampaikan bahwa setelah dikondisikan dalam suhu kamar selama dua hari film plastik biodegradable dilepas dari cetakannya, hasilnya adalah plastik bening,'' jelas Khifzon. ''Polimer adalah sesuatu yang utama pada semua plastik. Umumnya plastik mempunyai rantai polimer yang panjang yang membuatnya kuat dan flexible. Pati dibagi menjadi dua komponen dasar, yaitu amylase dan amylopectin.''

Lebih lanjut Khifzon mengatakan, amylopectin merupakan polisakarida yang tersusun dari monomer a-glukosa. Penambahan sedikit ethanol bertujuan untuk memutuskan beberapa cabang amypelectin yang sebaliknya akan menjadi rapuh.  Gliserin merupakan variable bebas, makin banyak gliserin yang dimasukkan akan semakin fleksibel plastik yang dihasilkan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement