Jumat 07 May 2021 13:46 WIB

Bahaya dari Pembiaran Mutasi Covid-19

Semakin tinggi kasus mutasi virus corona, maka efek buruknya pun bertambah.

Mahasiswa menggambar mural bertema Covid-19. Masuknya varian mutasi Covid-19 dari luar negeri ke Indonesia harus disambut dengan disiplin prokes yang ketat serta penguatan 3T.
Foto: MOHAMMAD AYUDHA/ANTARA
Mahasiswa menggambar mural bertema Covid-19. Masuknya varian mutasi Covid-19 dari luar negeri ke Indonesia harus disambut dengan disiplin prokes yang ketat serta penguatan 3T.

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Dessy Suciati Saputri, Rr Laeny Sulistyawati, Antara

Masuknya varian virus Covid-19 dari luar negeri telah menyebar di berbagai daerah. Karena itu, pemerintah telah mengeluarkan kebijakan pengetatan mobilitas pelaku perjalanan, dari dalam negeri maupun luar negeri untuk menangani berbagai mutasi virus ini.

Baca Juga

"Jika mutasi virus dibiarkan, maka akan semakin banyak varian Covid-19 yang muncul dan berpotensi berdampak buruk dalam upaya pengendalian Covid-19," kata Juru Bicara Pemerintah Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito saat konferensi pers.

Wiku menjelaskan, pembiaran terhadap mutasi virus akan berdampak buruk pada meningkatnya laju penularan akibat terjadinya perubahan pada karakteristik virus dan akan juga merubah sifat biologisnya. Selain itu, juga akan menurunkan efektivitas vaksin karena umumnya vaksin dikembangkan dengan jenis-jenis virus yang spesifik.

 

Serta dapat menurunkan akurasi testing karena lokasi-lokasi mutasi atau hotspot yang berbeda-beda pada setiap varian sehingga dapat menurunkan kualitas PCR yang memiliki target mutasi virus yang spesifik. "Potensi efek negatif ini sedang dipelajari lebih lanjut, dan semua temuan hasilnya akan diberitahukan kepada masyarakat," tambah dia.

Terkait mutasi virus, Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah mengklasifikasi jenis mutasi virus berdasarkan karakteristik yang ditimbulkan akibat mutasi. Yakni variant of concern ialah varian yang sudah ditetapkan sebagai varian yang mengalami perubahan karakteristik dari karakteristik semula seperti B117, B1357 B11281 atau P1.

Dan variant of interest, yakni virus yang mengalami perubahan genetik namun karakteristiknya masih belum bisa dipastikan yaitu varian yang belum disebutkan sebelumnya."Dan yang menjadi catatan ialah perubahan karakteristik di setiap varian berbeda-beda," tambah Wiku.

Wiku mengatakan, virus Covid-19 adalah salah satu bentuk virus RNA (ribonucleid acid) yang secara alamiah jumlah kejadian mutasinya lebih banyak daripada jenis virus DNA (deoxyribonucleid acid). Karena itu, sebagai virus RNA, sangat wajar jika kemunculan variannya berkembang sangat cepat saat ini.

"Kembali saya ingatkan bahwa virus tidak mengenal batas teritorial dan setiap negara saling terhubung. Oleh karena itu salah satu upaya mengendalikan varian virus, khususnya yang sudah pasti meningkatkan infeksi adalah dengan mengatur mobilitas luar negeri," jelasnya.

Berdasarkan data dari Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kementerian Kesehatan, terdapat 10 negara asal kedatangan dengan kasus positif terbanyak selama periode 28 Desember 2020-3 Mei 2021. Di antaranya Arab Saudi, Uni Emirat Arab (UEA), Turki, Malaysia, Qatar, Mesir, Jepang, Singapura, Kongo, dan Libanon. Dan lima negara teratas sumber positif WNA berdasarkan kewarganegaraan ialah India, UEA, Qatar, Jepang dan Turki.

Saat ini salah satu distribusi varian B1617 yang sangat kuat dan telah menyentuh semua benua di dunia menjadi dasar perlunya adaptasi berbagai kebijakan mobilitas termasuk perjalanan luar negeri. Jika mobilitas perjalanan tidak dikendalikan, maka akan menyebabkan kenaikan kasus Covid-19 dengan berbagai varian tersebut.

"Ke depannya kita terus melakukan berbagai intervensi pencegahan demi pengendalian Covid-19 yang baik. Tidak hanya mengatur mobilitas perjalanan, tetapi juga meningkatkan upaya Whole Genome Sequencing (WGS). Peningkatan kualitas dan inovasi pada pelayanan kesehatan dan alternatif pengobatan," kata Wiku.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement