Kamis 08 Apr 2021 19:25 WIB

Bahas Relokasi, Pemkab Indramayu akan Diskusi dengan Warga

Ada sekitar 1.600 rumah warga yang terdampak kebakaran kilang Balongan.

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Agus Yulianto
Lucky Hakim
Lucky Hakim

REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON -- Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Indramayu akan mengajak warga di sekitar kilang PT Pertamina RU VI Balongan untuk berdiskusi membahas kemungkinan relokasi. Ribuan rumah warga terdampak ledakan dan kebakaran tangki di kilang tersebut.

Hal itu diungkapkan Wakil Bupati Indramayu, Lucky Hakim. Dia menyatakan, diskusi itu dibutuhkan untuk mendengarkan aspirasi warga secara utuh mengenai kemungkinan relokasi atau tetap tinggal di lokasi saat ini.

"Kita akan kumpulkan warga untuk diskusi soal itu. Kita mau lihat secara keseluruhan seperti apa," kata Lucky, saat berada di Cirebon, Kamis (8/4).

Lucky ingin memastikan, wacana relokasi itu merupakan keinginan sekelompok warga atau seluruh warga di sekitar kilang. Dengan mengajak warga bertemu dan berdiskusi, maka hal itu bisa diketahui.

Lucky menambahkan, relokasi warga bukan hal yang mudah. Karenanya, harus dipikirkan dan direncanakan secara matang.

Sementara itu, ketika ditanyakan mengenai kelanjutan peristiwa kebakaran tangki pada Senin (29/3) lalu, Lucky menyatakan, api sudah padam. Ratusan warga yang mengungsi pun sudah pulang.

Lucky menyebutkan, ada sekitar 1.600 rumah warga yang terdampak. Namun, kerusakan yang terjadi hanya tingkat ringan hingga sedang, tidak ada kerusakan rumah yang tergolong parah.

Sedangkan mengenai kompensasi untuk rumah warga yang rusak, Lucky menyatakan, saat ini mekanismenya sudah berjalan. Nilai kompensasi itupun harus dihitung secara cermat agar sesuai dengan kondisi yang ada. "Saya yakin Pertamina tidak akan lari dari tanggung jawab," Lucky.

Terpisah, salah seorang warga Blok Kesambi, Desa Sukaurip, Kecamatan Baongan, Faridah (30 tahun) berharap, agar relokasi bisa dilakukan. Dia mengaku, trauma dengan peristiwa ledakan dan kebakaran dahsyat pada tangki di Kilang Pertamina RU VI Balongan.

Selain itu, Faridah sangat terganggu dengan bau menyengat yang bersumber dari kilang Pertamina Balongan. Dia pun khawatir dengan pertumbuhan dan perkembangan anaknya karena menghirup bau tersebut selama bertahun-tahun. 

"Selama bertahun-tahun, kami sering menghirup bau bensin, bau gas, bau seperti kabel terbakar dan debu-debu. Inginnya sih relokasi," tandas Faridah saat ditemui Republika di lokasi pengungsian GOR Bumi Patra, Senin (5/4). 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement