Ahad 07 Mar 2021 06:39 WIB

Hutama Karya Bantah Pembangunan Tol Padang-Sicincin Disetop

Hutama Karya fokus membangun di lahan yang telah dibebaskan.

Rep: Febrian Fachri/ Red: Friska Yolandha
Foto udara pembangunan konstruksi ruas jalan tol Padang-Sicincin di Jl Bypass KM 25, Kabupaten Padangpariaman, Sumatera Barat, Jumat (19/6/2020). PT Hutama Karya (Persero) terus mengebut pembangunan Jalan Tol Trans Sumatra (JTTS), salah satunya yakni Ruas Pekanbaru-Padang Seksi 1 (Padang-Sicincin/Pacin) sepanjang 36 kilometer, dengan lahan yang sudah dibebaskan dan dikerjakan sejauh 4,2 kilometer, sedangkan sisanya masih diproses di BPN.
Foto: Antara/Iggoy el Fitra
Foto udara pembangunan konstruksi ruas jalan tol Padang-Sicincin di Jl Bypass KM 25, Kabupaten Padangpariaman, Sumatera Barat, Jumat (19/6/2020). PT Hutama Karya (Persero) terus mengebut pembangunan Jalan Tol Trans Sumatra (JTTS), salah satunya yakni Ruas Pekanbaru-Padang Seksi 1 (Padang-Sicincin/Pacin) sepanjang 36 kilometer, dengan lahan yang sudah dibebaskan dan dikerjakan sejauh 4,2 kilometer, sedangkan sisanya masih diproses di BPN.

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Project Director Jalan Tol Padang-Sicincin PT Hutama Karya, Marthen Robert Singal membantah informasi yang menyebutkan pembangunan jalan tol Padang-Sicincin dihentikan. Marthen menyebut, pihaknya hanya mengubah pola dengan memfokuskan aktivitas pembangunan di lahan yang sudah dibebaskan.

"Intinya, PT Hutama Karya bukan menghentikan pembangunan, tapi hanya akan mengerjakan pada lahan yang sudah dibebaskan, jika tersedia kelebihan sumber daya, maka akan dilakukan refocusing ke ruas lain yang lebih siap lahannya," kata Marthen saat rapat di Aula Kantor Gubernur Sumbar, Sabtu (6/3).

Marthen menjelaskan, dengan kemampuan sumber daya dan ekuitas yang sangat terbatas, Hutama Karya melakukan refocusing pada ruas-ruas yang lebih siap. Sehingga hasilnya bisa lebih cepat dimanfaatkan oleh masyarakat.

Karena dengan keterbatasan lahan yang ada, mengakibatkan produktivitas pengerjaan jadi rendah. Sehingga biaya overhead BUJT dan Main Kontraktor menjadi tinggi.

"Biaya bunga selama masa konstruksi dan biaya eskalasi akan semakin mahal serta biaya supervisi dan pengawasan konsultan bertambah sehingga menjadi tidak efektif dan efisien," ucap Marthen.

Selain itu, menurut Marthen, Hal-hal tersebut di atas juga akan berdampak pada meningkatnya total biaya investasi. Hal itu dapat mengakibatkan tarif tol per kilometer menjadi lebih mahal dan nantinya menimbulkan beban pada masyarakat pengguna jalan tol.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement