Selasa 23 Feb 2021 17:08 WIB

Ilmuwan Buat Peta Paling Perinci Lubang Hitam

Ilmuwan berhasil mengubah data dari sinyal gelombang radio menjadi gambar di langit.

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Dwi Murdaningsih
Peta lubang hitam.
Foto: lofar/lol survei
Peta lubang hitam.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Ilmuwan berhasil mengubah data dari sinyal gelombang radio menjadi gambar di langit. Ilmuwan mendapatkan citra dari lubang hitam yang tampak seperti bintang gemerlapan di langit.

Gambar di atas mungkin terlihat seperti gambar langit malam. Namun, itu jauh lebih istimewa daripada bintang yang berkilauan. Titik putih yang memenuhi langit adalah lubang hitam supermasif aktif.

Baca Juga

Setiap lubang hitam melahap materi di galaksi yang berjarak jutaan tahun cahaya. Dengan total 25.000 titik, para astronom telah menciptakan peta paling rinci. Saat ini, lubang hitam berada pada frekuensi radio rendah.

“Ini adalah hasil kerja bertahun-tahun pada data yang sangat sulit. Kami harus menemukan metode baru untuk mengubah sinyal radio menjadi gambar langit,” kata Astronom Francesco de Gasperin dari Universitas Hamburg di Jerman.

Ketika lubang hitam secara aktif menambah jumlah material lalu mengeluarkannya dari cakram debu dan gas, kekuatan itu menghasilkan radiasi di beberapa panjang gelombang. Oleh karena itu, para astronom dapat mendeteksi luas ruangannya.

Yang membuat gambar di atas sangat istimewa juga karena mencakup panjang gelombang radio ultra-rendah seperti yang dideteksi oleh Low Frequency Array (LOFAR) di Eropa. Jaringan interferometri ini terdiri dari sekitar 20.000 antena radio yang tersebar di 52 lokasi di seluruh Eropa.

Saat ini, LOFAR adalah satu-satunya jaringan teleskop radio yang mampu melakukan citra gambar dalam yang beresolusi tinggi pada frekuensi di bawah 100 megahertz. Rilis data ini mencakup empat persen Langit Utara. Langit Utara adalah pilihan pertama untuk rencana penggambaran seluruh langit dalam frekuensi ultra-rendah, LOFAR LBA Sky Survey (LoLSS).

Karena berbasis di Bumi, LOFAR memiliki rintangan signifikan. Misal, masalah gelombang radio frekuensi ultra rendah yang dapat dipantulkan kembali ke luar angkasa. Pada frekuensi di bawah 5 megahertz, lapisan atmosfer ionosfer menjadi buram.

Frekuensi yang menembus ionosfer dapat bervariasi sesuai dengan kondisi atmosfer. Untuk mengatasi masalah ini, tim menggunakan superkomputer yang menjalankan algoritma untuk mengoreksi gangguan ionosfer setiap empat detik.

Selama 256 jam LOFAR menatap ke langit akan ada banyak koreksi. Hasil tersebut dapat memberi pandangan yang sangat jelas dari langit dengan frekuensi yang sangat rendah.

“Setelah bertahun-tahun mengembangkan perangkat lunak, sangat luar biasa melihat hal ini sekarang benar-benar berhasil,” kata Astronom Huub Röttgering dari Leiden Observatory di Belanda.

Keharusan mengoreksi ionosfer juga memiliki manfaat lain, yakni memungkinkan para astronom menggunakan data LoLSS untuk mempelajari ionosfer. Gelombang perjalanan ionosfer, kilau, dan hubungan ionosfer dengan siklus matahari dapat dikarakterisasi secara rinci dengan LoLSS. Ini akan memungkinkan para ilmuwan untuk membatasi model ionosfer dengan lebih baik.

Dilansir Science Alert, Selasa(23/2), survei tersebut akan memberikan data baru tentang semua jenis objek astronomi dan fenomena, serta objek yang mungkin belum ditemukan atau belum dijelajahi di wilayah di bawah 50 megahertz.

“Rilis akhir dari survei tersebut akan memfasilitasi kemajuan di berbagai bidang penelitian astronomi," tulis para peneliti dalam makalah mereka.

“Ini akan memungkinkan untuk mempelajari lebih dari 1 juta spektrum radio frekuensi rendah yang dapat memberikan wawasan tentang model fisik galaksi, inti aktif, gugus galaksi, dan bidang penelitian lainnya,” tambah mereka.

Makalah hasil penelitian tersebut akan dipublikasikan di Astronomy & Astrophysics.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement