Rabu 10 Feb 2021 15:20 WIB

Erick Thohir Dorong Perubahan Model Bisnis Garuda Indonesia

Bisnis kargo menyumbang 30-40 persen dari pendapatan Garuda Indonesia saat ini.

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Nidia Zuraya
Pesawat Garuda Indonesia (ilustrasi)
Foto: Reuters
Pesawat Garuda Indonesia (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan keputusan penyelesaian kontrak sewa pesawat Bombardier CRJ 1000 menjadi momentum perbaikan model bisnis PT Garuda Indonesia (Persero). Erick tak ingin Garuda terus berkutat dengan biaya penyewaan pesawat yang menempati pos terbesar dalam kas perusahaan. 

Erick mendorong Garuda untuk mengoptimalkan sisi bisnis lain yang begitu potensial saat situasi pandemi maupun pascapandemi yakni sektor kargo. "Bagaimana kita merubah bisnis model yang sesuai dengan situasi covid dan pascacovid, salah satunya kargo yang menjadi dorongan pendapatan yang baik untuk Garuda," ujar Erick saat jumpa pers virtual bersama Dirut Garuda Irfan Setiaputra di Jakarta, Rabu (10/2).

Baca Juga

Erick mengatakan sektor kargo menyumbang 30 persen sampai 40 persen dari pendapatan Garuda saat ini. Erick menyebut Garuda telah melakukan pengiriman kargo di berbagai rute, mulai dari Manado sampai ke Jepang hingga rute Sumatera ke China.

"Bukan tidak mungkin ke depan lumbung pangan ikan yang ada di Maluku kita jadikan juga kargo untuk dikirim ke Cina, Jepang, dan lain-lain," lanjut Erick.

 

Selain kargo, Erick mendorong Garuda memaksimalkan potensi penerbangan domestik setelah adanya program vaksinasi. Erick menyebut 90 persen penerbangan di Indonesia sebelum pandemi merupakan penerbangan domestik.

"Ini yang kita lihat juga bagaimana efisiensi penerbangan luar negeri dibandingkan penerbangan lokal, ini yang menjadi suatu strategi yang kita prioritaskan, penerbangan lokal menjadi kunci," ucap Erick.

Erick juga ingin mengubah sistem penyewaan pesawat yang selama ini sangat membebani Garuda Indonesia. Erick menilai industri pesawat saat ini juga akan mengalami perubahan mengingat adanya dampak pandemi yang membuat banyak pesawat tidak beroperasi. Erick ingin kerja sama penyewaan pesawat harus saling menguntungkan.

Erick menyebut Indonesia memiliki kekuatan dan daya tawar yang besar dari sisi pasar. Kekuatan ini yang seharusnya menjadi kekuatan Indonesia dalam bernegosiasi dengan leasing. Erick menilai sistem penyewaan pesawat harus berubah ke depan. Erick ingin Garuda melihat lebih jeli kerja sama yang lebih menguntungkan antara Airbus dan Boeing bagi perusahaan.

"Jadi bukan asal beli atau sewa, ini komitmen dari direksi, komisaris dan kementerian BUMN," ungkap Erick.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement