Jumat 05 Feb 2021 16:22 WIB

Soal Kudeta Demokrat, Ini Respons Barigade 98  

Barigade 98 merespons isu kudeta Partai Demokrat

Rep: Nawir Arsyad Akbar/ Red: Nashih Nashrullah
Barigade 98 merespons isu kudeta Partai Demokrat Bendera Partai Demokrat.
Foto: Republika/Tahta Aidilla
Barigade 98 merespons isu kudeta Partai Demokrat Bendera Partai Demokrat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Polemik kudeta Partai Demokrat mendapat sorotan sejumlah kalangan. Sejumlah aktivis pergerakan 98 pun turut berusara.

Aktivis Barigade 98, Aznil Tan, meminta AHY tidak mengaitkan Presiden Jokowi dengan isu Kudeta Partai Demokrat lewat jalur Kongres Luar Biasa (KLB).  

Baca Juga

"Tidak adanya untungnya buat Jokowi mau dorong orang sekitarnya untuk ambil Demokrat. Malah Jokowi  rugi karena tidak ada balance of power. Jokowi komit dengan demokrasi," ujar Aznil Tan di Jakarta, Jumat (5/2/2021). 

Aznil Tan yang tergabung dalam relawan pemenangan Jokowi-Ma'ruf Amin pada Pilpres 2019 dan sempat berseberangan dengan Moeldoko menyindir AHY sedang memainkan playing victim dan seolah-olah terzalimi.  

 

"Politik playing victim masih menjadi sebuah pola yang digunakan politisi. Berpura-pura terzalimi penguasa agar publik merasa iba dan lalu muncul dukungan. Jangan tiru bapaknya lah!," ujar dia  

Sebelumnya, Kepala Badan Komunikasi Strategis DPP Partai Demokrat, Herzaky Mahendra Putra menjelaskan adanya upaya pengambil alihan kepemimpinan Demokrat disusun secara terstruktur dan sistematis. Bahkan, ada pihak yang mengundang, membiayai tiket pesawat, menjemput di bandara, hingga membiayai penginapan.

Kongres luar biasa (KLB) pun diwacanakan mantan-mantan kader Demokrat juga dinilai hal yang salah. Apalagi jika mereka ingin mengusung Moeldoko sebagai ketua umum. 

"Jangan tiba-tiba ingin menjadi ketua umum, apalagi melalui Kongres Luar Biasa, itu saja sudah salah besar. Itu inkonstitusional," ujar Herzaky lewat keterangan tertulisnya, Rabu (3/2).  

Sementara itu, Kepala Kantor Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko membantah tudingan yang menyebut dirinya ingin mengambil alih kepemimpinan Partai Demokrat. Pasalnya, di dalam ada Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang dia hormati. 

"Beliau pernah atasan saya, senior saya yang saya hormati, saya respek kepada beliau," ujar Moeldoko di kediamannya kawasan Menteng, Jakarta, Rabu (3/2). 

Moeldoko menegaskan, dirinya hanya sosok di luar partai yang tidak mungkin mengambil alih kepemimpinan Demokrat. Tudingan kudeta yang ditujukan kepadanya hanya dinilai sebagai dagelan saja. 

"Biasa-biasa aja. Di Demokrat ada Pak SBY, ada putranya Mas AHY, apalagi kemarin dipilih secara aklamasi, mengapa mesti takut dia," ujar Moeldoko.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement