Senin 11 Jan 2021 19:15 WIB

Sinyal Kotak Hitam SJ 182 di Area Pencarian yang Dipersempit

Tim dari KNKT telah menandai lokasi keberadaan kotak hitam Sriwijaya Air SJ 182.

Helikopter EC 725 Caracal TNI AU terbang di atas KRI I Gusti Ngurah Rai-332 saat pencarian korban dan puing pesawat Sriwijaya Air SJ 182 di perairan Kepulauan Seribu, Jakarta, Senin (11/1/2021). Operasi pertolongan dan pencarian kecelakaan pesawat Sriwijaya Air SJ-182 pada hari ketiga difokuskan pada pencarian di bawah permukaan laut, baik untuk jenazah penumpang, serpihan potongan bagian pesawat terbang, maupun kotak hitam.
Foto: ANTARA/Aditya Pradana Putra
Helikopter EC 725 Caracal TNI AU terbang di atas KRI I Gusti Ngurah Rai-332 saat pencarian korban dan puing pesawat Sriwijaya Air SJ 182 di perairan Kepulauan Seribu, Jakarta, Senin (11/1/2021). Operasi pertolongan dan pencarian kecelakaan pesawat Sriwijaya Air SJ-182 pada hari ketiga difokuskan pada pencarian di bawah permukaan laut, baik untuk jenazah penumpang, serpihan potongan bagian pesawat terbang, maupun kotak hitam.

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Ronggo Astungkoro, Eva Rianti, Rahayu Subekti

Area pencarian kotak hitam pesawat Sriwijaya Air SJ 182 sudah semakin dipersempit. Para penyelam melakukan pencarian kotak hitam pesawat tujuan Jakarta-Pontianak itu di satu titik dengan area seluas 140x100 meter.

Baca Juga

"Dari hasil multibeam telah dipetakan tinggal satu segitiga di sini yang panjangnya kurang lebih 140x100 meter," ujar Kepala Staf Angkatan Laut, Laksamana TNI Yudo Margono, di atas KRI Rigel yang tengah melakukan pencarian di Perairan Kepulauan Seribu, Jakarta, Senin (11/1).

Dia mengatakan, kotak hitam pesawat yang hilang kontak pada Sabtu (9/1) lalu itu kemungkinan berada di titik pencarian tersebut. Namun, kata dia, pencariannya tidaklah mudah. Itu karena masih terdapat puing-puing pesawat yang menumpuk di lokasi tersebut.

"Apalagi ini baru dua hari dan puing-puing yang ditemukan masih sedikit dan akan kita ambil terus karena di bawah masih banyak," kata dia.

Dalam proses pencarian dan pengevakuasian pesawat Sriwijaya Air ini, pihaknya mengerahkan KRI dengan kelengkapan crane. KRI dengan kelengkapan crane tersebut akan digunakan jika ditemukan bongkahan pesawat yang cukup besar.

"Ada KRI Cirebon dan KRI Mentawai. Ada kita datangkan kapal yang punya kemampuan mengangkut sekitar sampai 5 ton," jelas dia.

Kepala Badan Pencarian dan Penyelamatan Nasional (Basarnas) Marsekal Madya TNI Bagus Puruhito juga menyampaikan sinyal kotak hitam dari pesawat Sriwijaya Air SJ 182 telah terdeteksi. Dia menyebut, Tim dari Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) telah menandai dugaan keberadaan kotak hitam dari pesawat yang jatuh pada Sabtu (9/1) itu.

"Telah teridentifikasi sinyal black box. Kami membantu KNKT mencari black box,” kata Bagus.

Selain mengidentifikasi sinyal kotak hitam, tim Basarnas juga menemukan sejumlah potongan yang diduga merupakan badan pesawat Sriwijaya Air serta potongan tubuh manusia. Basarnas hari ini menemukan 22 kantong jenazah. Dengan temuan itu, sementara ini sudah ada 40 kantong jenazah yang telah ditemukan oleh tim SAR gabungan.

"Sapai sore ini ada perkembangan, yang tadinya 18 kantong jenazah yang sudah kita temukan, hari ini bertambah 22. Jadi total kita sudah kumpulkan 40 kantong jenazah," ujar Bagus, Senin sore.

Bagus menjelaskan, fokus tim SAR gabungan pada operasi kali ini memang melakukan evakuasi korban kecelakaan pesawat dengan tujuan Jakarta-Pontianak tersebut. Untuk material, tim SAR gabungan menemukan dua kantong tambahan. Pencarian masih terus berlangsung di area pencarian.

"Adapun material ada tambahan dua kantong dan saat ini operasi SAR masih berlangsung di area. Saya juga mohon doa dan support-nya kepada seluruh masyarakat agar operasi ini berjalan lancar dan kita bisa selesaikan dengan baik," kata dia.

In Picture: Cari Korban Sriwijaya Air, TNI AL Turunkan Robot Bawah Laut

photo
 

 

Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono menuturkan, pencarian kotak hitam telah dilakukan sejak Ahad (10/1). Rencananya, Pada Selasa (12/1), akan diberangkatkan Kapal Baruna Jaya 4 yang didukung dengan peralatan tambahan guna menemukan keberadaan kotak hitam SJ 182.

Proses pengamatan dalam pencarian kotak hitam dan bagian pesawat antara lain diketahui menggunakan jalur udara. Informasi yang dikumpulkan dari pengamatan udara kemudian dikirim kepada tim penyelamat dan pencari (SAR) yang berada di kapal. Lalu tim menyelam dan melakukan pencarian di bawah air.

Pada Senin, Basarnas melakukan perluasan area pencarian dan pengevakuasian pesawat Sriwijaya Air SJ 182 menjadi enam sektor. Jumlah personel yang terlibat dalam operasi pencarian dan pertolongan pesawat tersebut juga bertambah hari ini menjadi 2.600 personel.

"Area pencarian diperluas menjadi enam sektor. Sebelumnya, pada hari pertama dan kedua kemarin dibagi dalam empat sektor," ungkap Direktur Operasi Basarnas Brigjen TNI (Mar) Rasman selaku SAR Mission Coordinator (SMC), di Pelabuhan JICT II, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Senin (11/1).

Rasman menjelaskan, pencarian dikonsentrasikan di bawah air dengan tetap dilakukan pencarian di permukaan air sampai dengan penyisiran ke pantai-pantai sesuai perhitungan teknis SAR. Pencarian di bawah air  dilakukan dengan menggunakan Remotely Operated Underwater Vehicle (ROV).

"Unsur-unsur SAR yang dikerahkan hari ini juga bertambah, ada sekitar 2.600 personel yang terlibat langsung dalam operasi pencarian dan pertolongan kecelakaan SJ182," kata dia.

Alat utama SAR laut yang digunakan hari ini ada sebanyak 53 kapal. Kapal-kapal tersebut memiliki spesifikasi untuk pencarian dan pertolongan, sea rider, jetski, RIB yang berjumlah sekitar 20 unit. Menurut dia, alat-alat itu sangat efektif dan sesuai keperluan misi SAR di area pencarian.

"Alat utama SAR udara stand by sebanyak 13 unit siap digunakan sewaktu-waktu diperlukan untuk membantu pelaksanaan operasi hari ini. Sedangkan ambulas yang stand by ada 12 unit," kata dia.

Sebelumnya, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menjelaskan mengenai kronologi hilang kontak pesawat Sriwijaya Air nomor penerbangan SJ 182 rute Jakarta-Pontianak dengan nomor registrasi PK-CLC pada Sabtu (9/1). Budi mengatakan, pesawat tersebut lepas landas pada pukul 14.36 WIB.

“Pukul 14.37 WIB masih (berada di ketinggian) 1.700, kontak diizinkan naik ke ketinggian 29 ribu kaki dengan mengikuti standar instrumen,” kata Budi dalam konferensi video, Sabtu (9/1) malam.

Budi melanjutkan, pada pukul 14.40 WIB, petugas ATC di Jakarta melihat dalam pantauannya pesawat tersebut tidak terbang ke arah yang sesuai atau 075 derajat. Budi mengatakan, pesawat tersebut justru mengarah ke barat laut.

“Oleh karenanya ditanyakan ATC untuk melaporkan arah pesawat. Tidak lama kemudian, dalam hitungan detik SJ 182 hilang dari radar,” ujar Budi.

Setelah itu, Budi menuturkan, manajer operasi ATC di Bandara Soekarno-Hatta langsung berkoordinasi dengan Basarnas. Begitu juga berkoordinasi dengan bandara tujuan dan instansi terkait.

 

photo
Musibah jatuhnya pesawat Sriwijaya Air - (republika)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement