Kamis 22 Oct 2020 15:16 WIB

Imam Besar Istiqlal: Pembodohan Masyarakat Sebut Covid Hoaks

Covid-19 merupakan penyakit yang nyata mengancam nyawa manusia.

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Ani Nursalikah
Imam Besar Istiqlal: Pembodohan Masyarakat Sebut Covid Hoaks. Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Imam Besar Istiqlal: Pembodohan Masyarakat Sebut Covid Hoaks. Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar menegaskan Covid-19 merupakan penyakit yang nyata mengancam nyawa manusia. Ia  menganggap suatu pembodohan masyarakat jika ada yang menyebut Covid-19 tidak benar-benar ada.

"Virus atau pandemi itu ada dalam Alquran. Kalau bilang tidak ada (Covid-19) bisa jadi itu pembodohan masyarakat," kata Nasaruddin dalam talkshow Peringatan Hari Santri di akun Youtube BNPB, Kamis (22/10).

Baca Juga

Prof Nasar merujuk pendapatnya pada Alquran yang pernah meriwayatkan beberapa kisah pandemi. Pertama, kaum Tsamud yang mengalami nasib pedih terserang penyakit mematikan karena memakan unta dari mukjizat nabi Saleh. Kaum Samud hanya bertahan hidup tiga hari setelah tertular penyakit yang belum ada namanya saat itu.

Berikutnya, Raja Abrahah dan pasukannya mengalami nasib serupa saat ingin memindahkan Ka'bah. Tubuh mereka tergerogoti oleh burung Ababil yang diturunkan Allah. Prof Nasar menganalisa mereka sebenarnya tertular penyakit hingga mengalami nasib seperti itu.

"Ketika datang rombongan burung Ababil, pasukan itu musnah hingga tersisa tulang belulangnya saja. Mirip virus ebola," ujar Nasaruddin.

Dalam riwayat lain, Nabi Muhammad juga mengajarkan cara menyikapi penyakit menular berbahaya layaknya Covid-19 di masa sekarang. Rasul menitipkan pesan pada umatnya dalam menghadapi pandemi.

"Nabi mewanti-wanti manusia akan virus seperti kusta yang menular. Muslimin disuruh lari oleh Nabi seperti dikejar singa kalau ketemu penyakit semacam itu. Nabi juga ajarkan jangan keluar dan masuk dari wilayah ketika ada penyakit," ujar Nasaruddin.

Konsep Nabi agar umatnya tidak masuk dan keluar dari zona berpenyakit belakangan dipakai oleh dunia medis dengan sebutan karantina wilayah. Di sisi lain, Rasulullah tak menganjurkan membenci seseorang yang terkena penyakit.

Apalagi jika obatnya telah ditemukan. Rasulullah mengajarkan sesama manusia harus saling berbuat baik.

"Nabi makan satu baki dengan orang yang kena penyakit itu (kusta) ketika sudah ada obatnya. Kalau sudah ditemukan vaksinnya (Covid-19) jangan dijauhi orangnya," kata Nasaruddin.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement