Senin 14 Sep 2020 06:18 WIB

Sebulan Setelah ledakan Bom, Kehidupan Beirut Sangat Berat

Para wanita dan anak peremuan sangat berat setelah sebulan terjadinya ledakan Beirut

Para relawan membagikan perangkat kebutuhan perempuan dan para gadis kepada para pengungsi ledakan bom di Beirut.
Foto: Saudigazette
Para relawan membagikan perangkat kebutuhan perempuan dan para gadis kepada para pengungsi ledakan bom di Beirut.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Selang sebulan setelah ledakan Pelabuhan Beirut, hidup tetap tidak menentu bagi ribuan wanita dan para gadis di Beirut. Apalagi diantara para pengungsi akibat ledakan itu kini yang diperkirakan ada 84.000 perempuan dan anak perempuan dalam usia produktif.

UNFPA, badan PBB yang mengkhususkan diri dalam kesehatan reproduksi dan ibu di seluruh dunia, kini sudah berusaha mengatasinya. Dengan bekerja sama dengan 12 mitra di lapangan mereka mendistribusikan peralatan martabat, yang berisi pembalut, sabun, sikat gigi, pasta gigi, dan handuk.

Barang-barang ini membantu wanita dan gadis menjaga kebersihan pribadi mereka bahkan di tengah kehancuran dan pengungsian. “Sama seperti saya ingin anak perempuan saya diberi makan, saya juga ingin mereka memiliki kebutuhan dasar higienis ini,” kata Hayat Merhi, seorang perempuan dengan tiga anak perempuan remaja yang keluarganya terkena dampak ledakan.

Pandemi, kekacauan ekonomi

 

Ledakan dan akibatnya terjadi setelah pandemi COVID-19 dan juga krisis ekonomi yang sudahcukup lama menerpa Lebanon, membuat keadaan semakin sulit. Warga banyak yang kehilangan pekerjaan. Mereka pun terpaksa membatasi pengeluaran keluarga. Ini semakin membuat mereka susah dalam situasi masa kini di mana harus melakukan pencegahan terhadap pandemi Covid-19 dan berbagai penyakit lainnya.

Akibat situasi ekonomi yang sulit ini, maka menjadi terlalu sering bila kebutuhan pribadi wanita dan anak perempuan yang utama menjadi tidak terpenuhi. “Ada saat ketika anak perempuan saya menggunakan selembar kain sebagai pengganti pembalut,” kata Lina Mroueh, yang juga memiliki tiga remaja putri.

Mitra UNFPA di Beiurut pun telah menyelidiki daerah mana saja terkena dampak ledakan saat mereka mendistribusikan perlengkapan martabat. Mereka berbicara dengan perempuan dan anak perempuan tentang keadaan mereka. "Pekerjaan itu menantang, tetapi bermanfaat," kata mereka.

“Kami berusaha membawa 'terang' ke rumah mereka yang rusak dan memberi tahu para wanita dan gadis bahwa martabat, keamanan, dan kebutuhan pribadi mereka penting bagi dunia di masa-masa sulit ini. Dan hal inilah yang paling tidak bisa kami lakukan,” jelas Rima Al Hussayni, direktur Asosiasi Al Mithaq.

Informasi penyelamat hidup

Pendistribusian perlengkapan kebutuhan utama wanita tersebut juga merupakan kesempatan untuk mengatasi krisis lain: kekerasan berbasis gender. Sebab, menurut UNFPA, kekerasan berbasis gender diketahui meningkat dalam situasi kemanusiaan dan pada saat tekanan ekonomi. Di tengah pandemi, banyak negara melaporkan peningkatan kekerasan terhadap perempuan dan meningkatnya permintaan akan layanan dukungan.

“Sangat penting untuk diingat bahwa kit atau perangkat martabat bermanfaat bagi perempuan dan anak perempuan, tidak hanya untuk produk kebersihan menstruasi, sabun dan barang-barang lainnya, tetapi juga sebagai cara untuk menjangkau perempuan dan anak perempuan dengan pesan-pesan utama tentang hak dan kesehatan seksual dan reproduksi. , kekerasan berbasis gender, pencegahan eksploitasi seksual, dan penyalahgunaan layanan dan informasi, ” kata Felicia Jones, koordinator kemanusiaan UNFPA.

Perlengkapan martabat berisi informasi rujukan untuk menghubungkan para penyintas dengan bantuan. Orang yang mendistribusikan kit juga dilatih untuk memberikan informasi ini.

“Kami melatih staf kami untuk mendemonstrasikan cara menggunakan dan memelihara barang-barang di dalam kit,” kata Gabby Fraidy dari Dewan Lebanon untuk Menolak Kekerasan Terhadap Perempuan. “Kami memiliki gadis berusia 11 tahun yang datang kepada kami, dan peran kami adalah berbagi informasi tentang menstruasi dan menjelaskan kepada mereka bahwa itu adalah proses alami dan biologis yang terjadi, dan itu adalah bagian dari pertumbuhan.”

Diperkirakan sekitar 12.000 penyandang cacat terkena dampak ledakan tersebut. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement