Kamis 03 Sep 2020 11:42 WIB

Daya Beli Stagnan, Pepen: Lebih Baik daripada Anjlok

Angka deflasi Kota Bekasi yang tipis karena dibukanya kegiatan ekonomi lebih awal.

Rep: Uji Sukma Medianti/ Red: Bilal Ramadhan
Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi
Foto: Uji Sukma Medianti
Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi

REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI -- Daya beli masyarakat Kota Bekasi, Jawa Barat selama Agustus 2020 masih stagnan. Hal ini tercermin dari angka deflasi yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS), yaitu 0,01 persen.

Wali Kota Bekasi, Rahmat Effendi, mengatakan daya beli masyarakat yang jalan di tempat atau stagnan masih lebih naik daripada anjlok. "Lebih baik stagnan dari pada anjlok ke bawah itu masih untung kita, orang lain sudah turun ke bawah kita masih stagnan," jelas Pepen, sapaan akrabnya, di Stadion Candrabraga, Kota Bekasi, Rabu (2/9).

Politisi Partai Golkar ini juga enggan memasang ekspektasi terlalu tinggi terkait adanya stimulus ekonomi yang diberikan pemerintah pusat, mulai dari bantuan insentif bagi pekerja bergaji di bawah Rp 5 juta maupun stimulus buat para UMKM.

"Ya kan tergantung dari kemampuan ekonominya (kalau) daya beli," ujar dia.

Sebelumnya, Pepen menyebut angka deflasi Bekasi yang tipis yakni sebesar 0,01 persen pada Juli 2020 disebabkan oleh dibukanya kegiatan ekonomi yang lebih awal dibandingkan kota-kota lainnya.

Menurutnya, pembukaan sektor-sektor ekonomi mulai dari yang besar, menengah dan kecil di masyarakat juga dilakukan dalam rangka menjaga keseimbangan fiskal di masa pandemi Covid-19.

Dilansir dari website Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Bekasi, Indeks Harga Konsumen (IHK) Kota Bekasi pada Juli 2020 lalu sebesar 106,9. Sedangkan, pada Agustus 2020 nilainya juga masih sebesar 106,9.

Angka deflasi ini, kembali menempatkan Bekasi sebagai kota dengan nilai deflasi paling rendah se-Indonesia seperti juga Sibolga, Tembilahan, Bekasi, dan Banyuwangi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement