Kamis 06 Aug 2020 11:37 WIB

Bank Dunia Berkomitmen Mobilisasi Pembiayaan untuk Lebanon

Juni lalu, Bank Dunia menyalurkan 40 juta dolar AS untuk penanganan Covid di Lebanon.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Nidia Zuraya
Asap mengepul dari daerah pelabuhan dengan kerusakan dan puing-puing setelah ledakan besar mengguncang pelabuhan Beirut, Lebanon, 04 Agustus 2020. Lusinan orang tewas dan sedikitnya 2.500 terluka dalam ledakan yang juga menyebabkan kerusakan parah, sementara penyebabnya belum dikenal.
Foto: EPA-EFE/WAEL HAMZEH
Asap mengepul dari daerah pelabuhan dengan kerusakan dan puing-puing setelah ledakan besar mengguncang pelabuhan Beirut, Lebanon, 04 Agustus 2020. Lusinan orang tewas dan sedikitnya 2.500 terluka dalam ledakan yang juga menyebabkan kerusakan parah, sementara penyebabnya belum dikenal.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON – Grup Bank Dunia mengatakan, pihaknya siap untuk melakukan assessment terhadap kerusakan yang terjadi pada Lebanon setelah ledakan di pelabuhan Beirut dan kebutuhan pendanaannya. Bank Dunia juga akan bekerja membantu memobilisasi pembiayaan publik dan swasta untuk rekonstruksi dan pemulihan.

Dalam sebuah pernyataannya, Rabu (5/8), Bank Dunia memastikan, mereka bersedia memprogram ulang sumber daya yang ada dan mengeksplorasi pembiayaan tambahan bagi Lebanon. Tujuannya, mendukung pembangunan kembali kehidupan dan mata pencaharian orang-orang yang terkena dampak kejadian tersebut,

Baca Juga

Bank Dunia tidak menjelaskan secara detail, sumber daya mana yang dapat dialihkan untuk upaya pemulihan ledakan. Seperti dilansir di Reuters, Kamis (6/8), pada Juni, pemberi pinjaman pembangunan multilateral tersebut mengumumkan akan mengalokasikan kembali 40 juta dolar AS dari program kesehatan 120 juta dolar AS yang ada untuk Lebanon dalam memerangi pandemi Covid-19.

Setidaknya, 135 orang tewas dan 5 ribu lainnya mengalami luka-luka akibat ledakan pada Selasa (4/8) di pelabuhan Beirut. Sebanyak 250 ribu orang kini terdampak kehilangan rumah setelah gelombang kejut menghancurkan fasad bangunan.

Meski sudah mendapatkan dukungan dari Bank Dunia, kondisi serupa belum tentu terjadi pada Dana Moneter Internasional (IMF). Belum jelas apakah ledakan ini akan mengubah negosiasi antara Lebanon dengan IMF yang kini menghadapi banyak tantangan.

Sejak Mei, kedua pihak telah mencoba untuk membuat paket bailout yang lebih luas untuk membendung krisis keuangan yang dipandang sebagai ancaman terbesar bagi stabilitas negara sejak perang saudara 1975-1990. Pembicaraan tersebut macet di tengah ketidaksepakatan tentang skala kerugian finansial dalam sistem perbankan Lebanon.

IMF belum membuat pernyataan resmi mengenai bencana Lebanon selain cuitan duka dari Direktur Pelaksana Kristalina Georgieva. Ia menyatakan, kesedihan mendalam atas hilangnya nyawa, cedera dan kehancuran yang timbul akibat ledakan.

Scott Moriss dari Pusat Pengembangan Global (Center for Global Development) mengatakan, dukungan donor untuk Lebanon setelah bencana ini kemungkinan akan kuat. Situasi makro dan utang Lebanon akan meningkatkan urgensi seluruh pemangku kepentingan internasional untuk menambah dukungan.

"Meski demikian, bantuan dari para donor ini akan sulit digunakan sebagai alternatif untuk mencapai kesepakatan dengan IMF mengenai bailout," katanya.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement