Selasa 04 Aug 2020 05:12 WIB

Melihat Museum Makkah yang Abadikan Sejarah Arab

Melihat Museum Makkah yang Abadikan Sejarah Arab

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Muhammad Hafil
Melihat Museum Makkah yang Abadikan Sejarah Arab . Foto ilustrasi: Jamaah haji sedang menyaksikan tayangan tentang perjuangan awal Islam di Museum As haabee, Makkah, Rabu (14/8).
Foto: Muhammad Hafil/ Republika
Melihat Museum Makkah yang Abadikan Sejarah Arab . Foto ilustrasi: Jamaah haji sedang menyaksikan tayangan tentang perjuangan awal Islam di Museum As haabee, Makkah, Rabu (14/8).

REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Kota Makkah telah menyambut para peziarah selama ribuan tahun dan catatan terperinci di masa lalu dan masa kini ada di museum-museum kota suci. Sepuluh museum yang menampung banyak artefak langka memamerkan budaya dan warisan kota melalui koleksi dan pajangan yang menarik.

Setiap museum memiliki keunikan sendiri dengan spesialisasi khusus, termasuk mata uang Islam, kerajinan tangan Makkah, warisan rakyat daerah dan pameran umum yang mendokumentasikan Kerajaan di masa lalu. Pameran Arsitektur Dua Masjid Suci adalah salah satu museum paling terkemuka di Arab Saudi dan merupakan rumah bagi harta dan artefak yang telah berusia lebih dari 1.400 tahun.

Baca Juga

Museum itu dibuka pada 2000 pada masa pemerintahan mendiang Raja Fahd, dan berisi tujuh ruang utama yang menyoroti peradaban Islam. Pemandu wisata, Eitimad Ghazzawi, mengatakan pameran itu berisi harta dan peninggalan dari zaman sahabat Nabi Muhammad. "Museum ini juga menyimpan seni dan sejarah Ka'bah dan Masjid Agung di koridor-koridornya," kata dia dilansir dari Arab News, Senin (3/8).

Selain itu, Museum itu menampilkan lukisan-lukisan dari Dua Masjid Suci dan perluasan Masjid Agung di Makkah di semua era. Barang tertua di museum dari zaman sahabat Nabi Muhammad, Abdullah bin Al-Zubair, yaitu berupa kolom kayu yang merupakan salah satu pilar dalam Kabah dan berusia hampir 1.300 tahun. Ada juga salinan Alquran yang ditulis pada masa pemerintahan Khalifah Utsman bin Affan, yang berisi gambar, surat, dan kaligrafi yang elegan.

Fahd Al-Maliki, penyelia umum departemen museum di Universitas Umm Al-Qura, menjelaskan, museum itu memiliki misi besar yang tidak kalah penting dari badan budaya lain dalam hal pembangunan perkotaan. Museum ini juga merupakan layanan yang harus dinikmati setiap anggota masyarakat untuk memperoleh pengetahuan dan budaya yang disediakan oleh museum mana pun, yang menangkap budaya secara visual.

"Bagi anak-anak dan remaja, kunjungan ke museum memainkan peran penting dalam menggerakkan emosi dan mencerahkan pikiran," jelas Al-Maliki. Dia mencatat, peran museum tidak terbatas pada melestarikan kekayaan artistik tetapi juga memperdalam budaya artistik. "Museum adalah tempat yang membantu pengunjung, baik cendekiawan atau orang biasa, untuk dapat menikmati, belajar, dan mendapat manfaat dari komponen artistik dan budaya," katanya.

"Misi dari museum-museum di Makkah ini adalah memberikan kesempatan untuk mencapai kekayaan artistik dengan merenungkan isinya, yang meliputi kreasi yang sangat baik dari nilai artistiknya, karena keasliannya dalam menyampaikan emosi dan pikiran orang-orang Makkah, sehingga mencerminkan masyarakat Saudi dan membantu membangun nilai-nilai spiritual dan budaya," tuturnya.

Al-Maliki menuturkan, museum di Makkah juga merupakan pusat budaya yang mencerminkan budaya dan sejarah negara itu, yang berkontribusi untuk meningkatkan kesadaran pendidikan dan budaya, mengembangkan rasa memiliki di antara anggota masyarakat. Termasuk menyampaikan pesan pendidikan dan budaya kepada pengunjung tentang sejarah leluhur mereka.

Pemilik museum pribadi itu juga memamerkan peradaban dan pengembangan Makkah. Menurut dia, pentingnya museum di Makkah adalah karena menjadi tempat kelahiran Nabi Muhammad SAW. Kisah nabi terjadi di Makkah, dan darinya cahaya kebenaran menyebar ke seluruh dunia.

"Museum-museum Makkah mencerminkan transformasi dalam industri museum saat ini dan peran sentralnya, di samping berkontribusi pada pencerahan masyarakat. Selain itu, kegiatan museum dikembangkan untuk memenuhi misi mereka secara profesional," papar Al-Maliki.

Sementara itu, Museum Warisan Manusia, yang dimiliki oleh Majdoua Al-Ghamdi, menceritakan kisah para pemimpin Kerajaan. Pameran ini meliputi peralatan rumah tangga yang digunakan di Makkah sebelum listrik diperkenalkan, sejumlah bagian tentang suku-suku Saudi, dan menampilkan peran penduduk kota dalam melayani para peziarah dan sejarah Madrasah kuno Al-Sawlatiyah, salah satu sekolah tertua di Arab.

Al-Ghamdi menyampaikan, di museumnya juga ada koin Bizantium dan Romawi dari semua jenis, seperti emas dan berbagai logam, dinar Islam, perak, dan emas yang digunakan selama era Umayyah, di samping senjata seperti meriam, pisau, belati, pedang dan senjata.

"Museum-museum pribadi di ibukota suci itu berintegrasi satu sama lain untuk memberikan pengetahuan dan keanekaragaman budaya, selain menjadi sumber penting yang mencerminkan keseimbangan budaya dan sejarah Mekah, yang telah diberkati Tuhan dengan bahan-bahan peninggalan yang agung selama zaman yang berbeda," tambahnya.

Al-Ghamdi menekankan, museum menyediakan portal pengetahuan yang mencerminkan nilai-nilai masa kini dan keindahan masa lalu sambil mengabadikan cerita, sastra, dan kehidupan orang-orang selama berabad-abad.

"Mereka juga memberikan inspirasi bagi kedalaman budaya dan pengetahuan yang telah kita alami sejak fajar sejarah dan sampai era Saudi yang berlimpah, yang melakukan hal terbaik untuk melayani Dua Masjid Suci," tambahnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement