Senin 29 Jun 2020 13:09 WIB

Doni: Jaga Jarak Protokol Paling Sulit Dipatuhi Publik

Doni menyampaikan, masih ada 57 daerah yang termasuk zona merah Covid-19.

Kepala Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Letjen Doni Monardo.
Foto: ANTARA/PUSPA PERWITASARI
Kepala Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Letjen Doni Monardo.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Doni Monardo menyampaikan, salah satu poin protokol kesehatan yang sulit dipatuhi publik adalah menjaga jarak fisik dan sosial. Ada tiga tempat rawan penularan Covid-19 menurut gugus tugas.

"Salah satu poin yang sulit dilakukan adalah menjaga jarak," kata Doni dalam konferensi pers di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Senin (29/6).

Baca Juga

Doni mengatakan, untuk mengatasi hal tersebut, seluruh unsur pimpinan daerah diharapkan dapat melakukan berbagai strategi dan inovasi. Dengan demikian, kegiatan-kegiatan masyarakat yang dapat menimbulkan kerumunan bisa dikurangi bahkan dihindari.

Hingga saat ini, Doni menyampaikan, masih ada 57 daerah yang termasuk zona merah Covid-19. Jumlah tersebut berkurang dibandingkan tiga pekan lalu yang tercatat mencapai 108 daerah.

Doni mengatakan, pendekatan kearifan lokal diharapkan bisa menjadi ujung tombak. Dengan demikian, pimpinan daerah hingga kepala desa diharapkan bisa menggunakan bahasa-bahasa yang mudah dipahami masyarakat dalam melakukan sosialisasi berkaitan protokol kesehatan.

Pemerintah pada Ahad (28/6) merilis penambahan kasus positif Covid-19 sebanyak 1.198 orang dalam 24 jam terakhir. Dari angka tersebut, Jawa Timur masih menjadi provinsi dengan penambahan kasus harian tertinggi, yakni 330 kasus baru.

Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19, Achmad Yurianto, menjelaskan, angka penambahan kasus hari itu didapat dari pengujian terhadap 17.230 spesimen. Angka ini menurun dibanding kapasitas uji pada Sabtu (27/6) kemarin yang sebanyak 21.589 spesimen. Yurianto menjelaskan, menurunnya kapasitas uji spesimen disebabkan sejumlah laboratorium yang libur pada akhir pekan.

"Kita maklumi setiap hari libur beberapa lab khususnya di RS dan beberapa lab di luar jejaring Kemenkes mereka tidak operasional sehingga hasil yang didapat sebagian besar oleh lab jejaring Kemenkes dan beberapa lab lagi yang tetap operasional selama akhir pekan," kata Yurianto dalam keterangan pers, Ahad (28/6).

Yurianto menjelaskan, ada sejumlah titik yang dianggap rawan terjadi penularan Covid-19 di tengah kenormalan baru ini. Seperti diketahui, sejak dijalankannya kebiasaan baru kendati pandemi masih berlangsung, berangsur-angsur aktivitas masyarakat sudah kembali pulih.

"Tempat yang rawan penularan adalah tempat di mana orang memungkinkan untuk bertemu, berkumpul dalam waktu cukup lama. Misalnya, di kantor. Kita harus perhatikan pengaturan tempat kerja sehingga penjagaan jarak bisa dilakukan. Pastikan sekalipun di kantor tetap pakai masker dengan benar," kata Yurianto.

Selain kantor, pasar juga dianggap sebagai tempat paling rawan terjadinya penularan Covid-19. Di tempat inilah bertemu penjual dan pembeli setiap hari. Bahkan, pengunjung pasar bisa berbeda-beda setiap harinya. Yuri meminta gugus tugas daerah untuk mengatur operasional pasar agar protokol kesehatan benar-benar dipatuhi oleh penjual maupun pembeli.

Kemudian, ada juga rumah makan dan warung makan yang dianggap rawan terjadi penularan Covid-19. Warung makan yang dimaksud terutama yang berada di lokasi keramaian kantor. Menurut dia, para pegawai kantor harus mewaspadai hal ini sehingga penerapan protokol kesehatan bisa dijalankan saat berkunjung ke warung makan ketika jam istirahat siang.

"Dengan mulai banyaknya aktivitas perkantoran, kita harus memperhatikan saat jam makan siang yang dilakukan bersama. Ini harus disadari, ini tempat-tempat rawan yang memungkinkan terjadinya penularan," kata Yurianto.

photo
Angka kematian Covid-19 per 100 ribu penduduk - (Infografis Republika.co.id)

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement