Rabu 15 Apr 2020 15:40 WIB

UAS Lawan Dampak Covid Lewat Masjid

Ketua DMI Jusuf Kalla mengimbau masjid berupaya menghidupi warga pada masa pandemi.

Rep: Zainur Mahsir Ramadhan/ Red: Fitriyan Zamzami
Ustadz Abdul Somad
Foto: Republika/Mahmud Muhyidin
Ustadz Abdul Somad

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Masjid-masjid didorong memainkan peran menahan dampak perekonomian pandemi Covid-19 terhadap warga miskin. Terkait hal itu, dai ternama Ustadz Abdul Somad (UAS) menuturkan apa yang ia lakukan bersama warga dan pengurus masjid di lingkungannya.

UAS yang juga merupakan ketua masjid di lingkungannya menganjurkan pada jamaah yang mampu mengumpulkan dana untuk dibelikan paket bantuan. Ia mencontohkan, di lingkungan masjidnya, jamaah dianjurkan menyisihkan dana Rp 300 ribu untuk membeli berbagai kebutuhan dalam paket.

“Kita patok Rp 300 ribu. Isinya beras 30 kilogram, gula, kopi, teh, dan lainnya yang dibagikan dalam tiga tahap,” kata UAS saat melakukan diskusi jarak jauh dengan Ketua Dewan Masjid Indonesia (DMI) Jusuf Kala (JK), Selasa (14/4) malam. 

UAS melanjutkan, tahap pertama dibagikan pada 10 April lalu untuk persiapan Ramadhan. Sementara itu, tahap kedua, dia melanjutkan, dilakukan pada 10 Mei nanti sebagai persiapan menyambut Idul Fitri. “Tahap ketiga dilakukan pada 10 Juni andai wabah ini berlanjut. Itu sebagai langkah antisipasi,” kata UAS.

Menimbal pernyataan UAS, JK menyebut bahwa langkah itu merupakan hal yang sangat baik dan patut dilakukan, terutama saat masa kesulitan ekonomi di tengah wabah Covid-19 saat ini. “Itu contoh baik,” ungkap JK

photo
Ketua Dewan Masjid Indonesia Jusuf Kalla.- (Republika)

Melanjutkan jawabannya pada UAS, JK menambahkan, 300 ribu masjid yang terdaftar di DMI atau bahkan lebih banyak masjid baru setiap waktunya memang memiliki cara tersendiri, di antaranya menjadi lokasi dapur umum. JK memuji hal tersebut layaknya cara UAS dengan masjid di lingkungannya dalam memberdayakan masyarakat berekonomi rendah.

Mantan wapres itu mengatakan, pada masa pandemi Covid-19 ini, masjid memang tak melaksanakan ibadah seperti biasanya. Namun, menurut dia, masjid harus bisa dihidupkan. “Setidaknya tetap hidup dengan adzan,” ujar dia.

Dalam diskusinya dengan UAS, JK menambahkan, menjelang ibadah puasa, Tarawih dan kajian serta kegiatan lain di masjid memang ditiadakan. Namun, bukan berarti kegiatan tersebut sama sekali menghilang. “Bukan dipastikan tidak ada sama sekali. Ada, tapi dilakukan di rumah,” kata JK.

Dia menegaskan, adzan masjid akan selalu ada meski di tengah kekhawatiran pandemik saat ini. Terlebih, pihaknya juga sudah menyebarkan surat edaran agar adzan bisa terus dilakukan. “Sholat berjamaah lima waktu dengan jumlah jamaah terbatas juga ya silakan. Tapi, tidak terbuka bagi jamaah umum seperti biasanya,” tuturnya. Menurut dia, hal tersebut agar bisa menjaga jarak sosial dan membatasi penyebaran Covid-19.

Dia tak menampik bahwa pada waktu biasanya, masjid selalu dihidupi oleh jamaah dan masyarakat. Karena itu, pada masa-masa sulit seperti ini, masjid juga diharapkan bisa membantu meringankan dan menghidupi atau memakmurkan masyarakat. “Kita biasa anjurkan masyarakat untuk makmurkan masjid. Tapi, masjid juga harus makmurkan masyarakat, utamanya pada saat sekarang,” ujarnya. n

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement