Selasa 10 Mar 2020 11:52 WIB

Ketidakjelasan Umrah Membuat Jamaah tak Nyaman

Semua pihak mesti menghargai atas kebijakan pemerintah Arab Saudi.

Rep: Ali Yusuf/ Red: Agus Yulianto
Raudah di Masjid Nabawi, Madinah, Arab Saudi.(Republika/Yogi Ardhi/ca)
Foto: Republika/Yogi Ardhi/ca
Raudah di Masjid Nabawi, Madinah, Arab Saudi.(Republika/Yogi Ardhi/ca)

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Kebijakan Pemerintah Arab Saudi menghentikan sementara umrah berdampak terhadap penyelenggaraan ibadah umrah. Kebijakan ini membuat semua pihak tidak nyaman karena belum tahu kapan umrah dibuka kembali.

"Hal ini tentu tidak terlalu nyaman buat bapak-ibu dengan ketidak jelasan keberangkatan," kata Dirut PT Garuda Indonsia Irfan Setiaputra saat memberikan sambutan pada manasik umrah jamaah PT Patuna Mekar Jaya, Ahad (7/3).

Irfan memastikan, PT Garuda bersama semua pihak terkait terus mementau perkembangan dan situasi di Arab Saudi pascakebijakan larangan umrah diberlakukan. Seperti diketahui Saudi menutup sementara umrah pada tanggal 27 Februari.

"Informasi tambahan yang dapat saya berikan berkenaan dengan penundaan umrah ini, bahwa tim kami bekerja sama juga dengan departemen agama dengan konsulat mengamati apa yang sedang terjadi saat ini di tanah suci," katanya.

 

Irfan mengatakan, semua pihak termasuk PT Garuda sebagai maskapai nasional mesti menghargai atas kebijakan pemerintah Arab Saudi menghentikan sementara umrah. Tentunya dengan kebijakan ini semua sistem penyelenggaraan umrah menjadi terdampak.

"Karena tampaknya memang pemerintah Arab punya alasan yang sangat kuat kenapa penundaan umroh ini dilakukan," katanya.

Irfan mengatakan, semua mengetahui sebelum larangan umrah diberlakukan bahwa ratusan ribu umat Islam berkumpul di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi. Menurutnya, jika membaca peraturan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Arab itu, bahwa sudah sangat jelas alasan Saudi menutup sementara ibadah umrah. 

"Kenapa Masjid Nabawi ini sangat tertutup. Karena Masjid Nabawi ini sangat padat apalagi ketika kita berlomba-lomba memasuki Raudah," katanya.

Menurut dia, keterpadatan dan pergerakan manusia di Raudah inilah yang mencoba dihindari oleh Pemerintah Arab Saudi, karena tempat yang disebut teman-taman surga ini mempunyai kemungkinan sangat besar untuk berkembangnya virus di dalam ruangan tertutup.

"Maka dari itu kami dari Garuda menyaksikan beberapa aktivitas yang dilakukan oleh pemerintah Arab. Yang pertama adalah pembersihan atau isolasi berulang kali Masjid Nabawi dan Masjidil Haram," katanya.

Irfan mengatakan, atas sterilisasi ini Raudah kosong untuk beberapa saat. Hal ini, kata dia, sesuatu yang mungkin boleh dikatakan hampir tidak pernah bisa terjadi. Karena Raudah selalu menjadi tempat rebutan jamaah untuk memanjatkan doa.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement