Senin 23 Jul 2018 15:04 WIB

Inalum: Pembiayaan Freeport Seluruhnya dari Bank Asing

Pembiayaan dengan melibatkan bank nasional dikhawatirkan akan memengaruhi rupiah.

Penandatanganan Divestasi Saham Freeport. Direktur Utama PT Inalum Budi Gunadi Sadikin (kanan) bersama CEO Freeport-McMoran Inc Richard Adkerson menandatangani perjanjian divestasi saham PT Freeport Indonesia disaksikan Menkeu Sri Mulyani (kiri) di Kementerian Keuangan, Jakarta, Kamis (12/7).
Foto: Republika/ Wihdan
Penandatanganan Divestasi Saham Freeport. Direktur Utama PT Inalum Budi Gunadi Sadikin (kanan) bersama CEO Freeport-McMoran Inc Richard Adkerson menandatangani perjanjian divestasi saham PT Freeport Indonesia disaksikan Menkeu Sri Mulyani (kiri) di Kementerian Keuangan, Jakarta, Kamis (12/7).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) atau Inalum menyatakan perbankan nasional tidak ikut membiayai pembelian saham divestasi PT Freeport Indonesia sebesar 51 persen.

Dalam diskusi di kantor Kementerian Kominfo Jakarta, Senin (23/7), Head of Corporate Communication and Government Relations Inalum Rendi Witular menjelaskan, pembelian saham divestasi Freeport senilai 3,85 miliar dolar AS seluruhnya dibiayai oleh bank asing.

"Semua akan dibiayai oleh bank asing karena bank lokal kita tidak mau memengaruhi fluktuasi rupiah. Kami mendapatkan informasi dari regulator yang menyarankan sebaiknya perbankan nasional tidak diikutsertakan," katanya.

Sesuai kesepakatan pokok-pokok perjanjian (head of agreement/HoA) yang ditandatangani pada 12 Juli 2018, Inalum akan membeli saham divestasi Freeport senilai 3,85 miliar dolar AS.

 

photo
Tambang PT Freeport

Perinciannya sebanyak 3,5 miliar dolar AS dialokasikan untuk pembayaran hak partisipasi Rio Tinto di Freeport dan sisanya 350 juta dolar AS untuk membeli saham Indocooper di Freeport.

Setelah perjanjian head of agreement (HoA) ditandatangani Inalum, Freeport McMoran Inc, dan Rio Tinto, langkah yang dilakukan adalah melaksanakan perjanjian pengikatan jual beli atau sales and purchase agreement (SPA) dan shareholder agreement atau perjanjian pemegang saham.

Rendi menjelaskan, pendanaan melalui bank asing tentu akan lebih memudahkan proses selanjutnya yang dilakukan ketiga pihak.

"Ini transaksinya nanti akan dilakukan di luar, dalam bentuk dolar AS. Pendapatan Inalum dan PTFI juga dalam bentuk dolar sehingga sama sekali tidak mengganggu nilai tukar rupiah," kata dia.

Meski tidak menyebutkan jumlah bank asingnya, Rendi mengatakan, sudah banyak bank asing menyatakan ketertarikannya yang menandakan potensi bisnis tambang Grasberg sangat besar.

"Ada banyak keterlibatan bank asing, memberikan optimisme bahwa potensi bisnis tambang Grasberg besar. Kalau jelek, tidak mungkin bank asing masuk," ujar Rendi.

Baca juga, Bank Mandiri Belum Mau Ikut Biayai Akuisisi Freeport.

Sebelumnya, Bank Mandiri menegaskan, untuk sementara belum akan ikut dalam pembiayaan akuisisi saham PT Freeport Indonesia (PTFI). Kemungkinan PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) bakal memanfaatkan pinjaman dari bank asing.

"Memang chalenging di LDR (loan deposit ratio) valas. Jadi, semenjak adanya volatilitas pasar global itu kan dari dana valas sehingga untuk mendanai di skala besar memang dolar ini lagi chalenging," ujar Direktur Utama Bank Mandiri Kartika Wirjoatmodjo kepada wartawan di Jakarta, Kamis (19/7).

Karena itu, kata dia, lebih baik kesempatan membiayai akuisisi tersebut diberikan dulu kepada bank asing. Karena, untuk bank lokal, mendapatkan dana funding dengan size sebesar itu, dengan tenor seperti sekarang tak mudah.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement