Sabtu 29 Jul 2017 14:23 WIB

Telkom Berikan Penghargaan ke Pegawai di Daerah Isolir

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Agus Yulianto
Vice President Corporate Communication PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) Arif Prabowo (tengah) menyerahkan bantuan untuk sekolah ilustrasi animasi dalam rangka menyambut HUT ke-52 Telkom (Ilustrasi)
Foto: Yogi Ardhi/Republika
Vice President Corporate Communication PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) Arif Prabowo (tengah) menyerahkan bantuan untuk sekolah ilustrasi animasi dalam rangka menyambut HUT ke-52 Telkom (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Direksi PT Telkom memberikan penghargaan khusus kategori Inspiring Employee  dalam rangkaian HUT Telkom ke-52. Salah satu penghargaan, diberikan pada Juara Siagian, pria yang sudah 30 tahun lebih mengabdi di PT Telkom di Kancatel Wamena, sebuah kota berjarak 585 km dari Jayapura, ibukota Provinsi Papua.

Chief Human Capital Officer Telkom Herdy Harman mengatakan, dalam perayaan ultah PT Telkom ke-52 kemarin, selain Juara Siagiaan, ada 10 karyawan lain yang peroleh penghargaan khusus karena pengabdian dan dedikasi mereka, khususnya dari daerah terisolir se-Indonesia.

PT Telkom, kata dia, ingin menciptakan dan meningkatkan emosi karyawan dan stakeholder kepada PT Telkom. "Caranya kami apresiasi karyawan atau unit yang sudah berikan kontribusi dan jasanya dalam ciptakan performansi terbaik," katanya. Tahun ini,  ada empat kelompok penghargaan dengan 62 kategori yang diberikan guna meningkatan kinerja, sinergi, dan inovasi baik di Telkom Grup.

Sementara menurut Juara, ia memperoleh penghargaan karena pengabdiannya saat meletus kerusuhan di kota dataran tinggi itu pada 6 Oktober 2000. Gerakan separatis Bintang Kejora yang bentrok dengan aparat memunculkan aksi vandalisme pada banyak tempat.

Kerusuhan besar-besaran di Wamena tersebut, kata dia, dikenal Wamena Berdarah. Kala itu banyak aset pemerintah, aset pribadi masyarakat, dan nyawa manusia jadi korban kerusuhan.  "Saya lakukan pendekatan persuasif, hasilnya aset perusahaan tidak dirusak," kata Juara.

Menurut Juara, pendekatan utama kala itu dilakukan terhadap warga asli pribumi Papua agar tak merusak aset. Caranya antara lain mengumpulkan karyawan putera asli daerah untuk menjaga aset paling pertama. Selain itu, Juara juga mengarahkan massa agar tidak melakukan perusakan aset, serta ungsikan karyawan ke tempat lebih aman.

Hal sulit ini relatif mudah dilakukan, kata pria yang 54 sudah bertugas di Wamena sejak 15 Februari 1987 ini, karena ia pernah bekerja sebagai operator, kemudian petugas Teknik Sentral (1991), Kasi Teknik (2003), Kakancatel (2006), dan Supervisor Plasa Wamena (2013-sekarang). "Hasilnya, selama kerusuhan terjadi, layanan komunikasi di Wamena dapat tetap berjalan seperti biasa, katanya.

Bahkan, kata dia, saat ini, sudah terlayani 400 pelanggan Telkom Speedy serta layanan data VPN IP (Virtual Private Network Internet Protocol,red) dengan jaringan optik transport satelit.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement