Kamis 18 Aug 2011 13:26 WIB

Aset Bank Syariah Naik 45 Persen

Rep: Sefti Oktarianisa/ Red: Djibril Muhammad
Ada lima hal penting dalam pengembangan ekonomi syariah. (ilustrasi)
Foto: aamslametrusydiana.blogspot.com
Ada lima hal penting dalam pengembangan ekonomi syariah. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Aset bank syariah Tanah Air, bank umum syariah (BUS) dan unit usaha syariah (UUS), kembali menunjukan pertumbuhan signifikan. Kali ini, berdasarkan data statistik Bank Indonesia (BI), di semester pertama 2011 ini, di mana bank syariah berhasil meningkatkan aset sebesar 45 persen jika dibandingkan dengan posisi yang sama di tahun sebelumnya.

Terjadi peningkatan aset dari Rp 75,205 triliun pada Juni 2010 lalu, menjadi Rp 109,750 triliun di Juni 2011. Pertumbuhan aset ini terlihat seiring meningkatnya dana pihak ketiga (DPK), yang berdampak pada peningkatan pembiayaan.

Dari segi DPK, bank syariah berhasil meningkatkan penggalangan dana hingga 49 persen, dari Rp 58,078 triliun menjadi Rp 87,025 triliun. Untuk DPK dalam mata uang rupiah, BI mencatat bank syariah mengumpulkan Rp 83,494 triliun, dengan komposisi deposito murabahah (bagi hasil) sebesar Rp 49,906 triliun, tabungan mudharabah sebesar Rp 25,175 triliun dan giro wadiah (titipan) sebesar Rp 8,413 triliun.

Untuk mata uang asing, BI mencatat bank syariah mampu menggalang valas sebesar Rp 3,531 triliun. Sama halnya seperti dalam rupiah, deposito murabahah mendominasi sebesar Rp 2,217 triliun sedangkan giro wadiah dan tabungan mudharabah masing-masing, Rp 1,045 triliun dan Rp 267 miliar.

Sementara itu, dari segi pembiayaan, bank syariah berhasil menyalurkan dana sebesar Rp 82,616 triliun atau meningkat 46 persen, di banding periode yang sama tahun sebelumnya Rp 55,801 triliun. Dalam mata uang rupiah, bank syariah mencatat pembiayaan sebesar Rp 78,727 triliun sedangkan dalam mata uang asing, bank syariah mencatat valas Rp 3,889 triliun.

Rasio pembiayaan bermasalah (non performing financing atau NPF) mengalami penurunan dibanding bulan sebelumnya, dari 3,76 persen di Mei 2011 menjadi 3,55 persen. Secara nominal BI, mencatat NPF sebesar Rp 2,937 triliun.

Sejalan dengan BUS dan UUS, berdasarkan data yang sama, peningkatan aset juga terlihat pada bank pembiayaan rakyat syariah (BPRS). Terjadi pertumbuhan sebesar 30 persen atau menjadi Rp 3,082 triliun, dari posisi yang sama di tahun sebelumnya Rp 2,374 triliun.

Dari segi DPK, BPRS mencatat pendanaan sebesar Rp 1,786 triliun. Tabungan mudharabah mendominasi sebesar Rp 404 miliar sedangkan tabungan wadiah sebesar Rp 326 triliun.

Dari segi pembiayaan, BPRS menyalurkan pembiayaan sebesar Rp 2,432 triliun. Berbeda dengan BUS dan UUS, BPRS mencatat kenaikan NPF menjadi 7,09 persen, dari Mei lalu 6,90 persen.

Menurut Direktur Direktorat Perbankan Syariah BI, Mulya Siregar, saat ditemui beberapa waktu lalu, peningkatan aset terjadi karena kinerja enam BUS yang muncul di 2010 lalu. "Mereka sudah mulai berkontribusi terhadap pertumbuhan," katanya. Meski tak sebesar BUS, beberapa UUS juga memiliki dampak signifikan. Di antaranya BTN Syariah, Permata Bank Syariah, dan CIMB Niaga Syariah.

BI memprediksi tiga target pertumbuhan bank syariah Indonesia, diantaranya pertumbuhan optimis di mana aset bank syariah bisa menembus angka Rp 150 triliun. Selain itu, BI juga memprediksikan pertumbuhan moderat dengan target aset Rp 141 triliun dan pesimis dengan target aset hingga mencapai Rp 131 triliun.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement