REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ikatan Da'i Indonesia (Ikadi) mencoba mengembangkan da'i pebisnis di seluruh wilayah Indonesia. Mereka nantinya mengembangkan dakwah ekonomi Islam secara praktis kepada masyarakat.
Saat ini tidak kurang dari 10 ribu anggota Ikadi tersebar di seluruh Indonesia. Mereka kebanyakan sibuk berdakwah secara lisan dan baru sedikit yang berkecimpung dalam bisnis islami. Beberapa anggota Ikadi mendirikan travel haji dan umroh. Setiap tahun mereka memberangkatkan ratusan jamaah haji dari Indonesia.
Ketua Ikadi, Ahmad Satori Ismail, menyatakan kesepakatan dalam silaturahim nasional Ikadi di Asrama Haji Bekasi, Jumat lalu, menginginkan agar para da'i memiliki jiwa kemandirian yang tinggi. "Kita harus mandiri seperti Rasulullah dulu," jelasnya, saat dihubungi, Ahad (10/7).
Dirinya berpesan agar da'i pebisnis akan mampu berdakwah lebih optimal ketimbang da'i biasa yang hidup bergantung dari penghasilan berceramah.
Masjid bisa mereka aktifkan sebagai pusat dakwah sekaligus pusat ekonomi umat. Mereka bisa meramaikan masjid dengan rumah makan dan menjual berbagai barang dagangan yang halal. Masyarakat sekitar diajak juga bergabung mengelola perekonomian masjid.
Para da'i menjadi pembimbing mereka. Jika ada dari mereka yang mencapai nisab zakat maka harus segera diminta zakatnya untuk didistribusikan kepada fakir miskin.