Sabtu 14 Nov 2015 07:00 WIB

Kursus Bahasa Jepang di Masa Pendudukan

Sejumlah ibu-ibu mengikuti kursus Bahasa Jepang.
Foto: Arsip Nasional
Sejumlah ibu-ibu mengikuti kursus Bahasa Jepang.

REPUBLIKA.CO.ID,Oleh: Alwi Shahab

Foto ini mengabadikan peristiwa yang terjadi pada awal pendudukan Jepang (1942). Tampak para ibu tengah mengikuti kursus bahasa Jepang di sebuah kampung di Jakarta. Meskipun hanya berkuasa 3,5 tahun, tapi pemerintah balatentara Jepang dalam Perang Dunia ke-2 melawan Sekutu, mewajibkan rakyat Indonesia mempelajari bahasanya. Bukan hanya di sekolah dan universitas, juga di kampung-kampung diadakan kursus kilat. Untuk itu wanita Jepang didatangkan untuk memberikan pelajaran. Seperti tampak di foto seorang wanita Jepang sedang memberikan arahan pada seorang ibu.

Wanita Indonesia ketika itu belum mengenakan jilbab yang menjamur seperti sekarang ini. Yang juga menarik, busana wanita ketika itu berkebaya dan kain batik. Seragam ini yang merupakan khas wanita Indonesia kini hampir tidak kelihatan lagi. Rambut mereka di konde sedangkan para gadis dikepang, yang juga sudah banyak menghilang sekarang. Wanita kota sekarang berkonde dan mengepang rambutnya dianggap berabe. Beljilbab dianggap lebih praktis. Tidak heran kalau di pasar-pasar tradisional maupun mal dan pusat-pusat grosir busana Muslim selalu tersedia.

Mengenakan jilbab dan busana Muslim dewasa ini makin modis. Apalagi sejak disponsori oleh Ida Royani. Kemudian, diikuti oleh Ineke Koesherawati dan Ratih Sanggarwati. Kedua selebriti ini makin cantik dan anggun setelah memakai jilbab dam busana Muslimah. Apalagi busana ini disertai dengan berbagai aksesoris menarik.

Kembali ke masa pendudukan Jepang (Maret 1942-Agustus 1945), merupakan masa paling susah bagi rakyat Indonesia. Banyak orang hidup melarat hingga tidak sedikit yang menderita busung lapar (hongeroedeen). Itu karena banyak hasil panen harus diserahkan pada tentara pendudukan Jepang untuk konsumsi tentaranya di medan perang.

Ratusan ribu orang harus jalani kerja paksa. Sebagai contoh dari 22 ribu romusha yang dikirim ke Pekanbaru untuk membangun jalan kereta api yang hidup sekitar lima ribu orang setelah perang berakhir. Seluruhnya 4,1 juta orang yang mengikuti romusha. Dari Jakarta saja delapan ribu orang. Korban selama pendudukan Jepang yang sangat memprihatinkan ialah budak seks atau istilah dalam bahasa Jepang jungun ianfu. Mereka adalah para wanita yang dipaksa harus melayani kebutuhan seks para prajurit Jepang yang bertugas di Indonesia. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement