Insya Allah, Senin besok masuk 1 Ramadhan 1429 Hijriah.Umat Islam pada bulan tersebut melaksanakan ibadah puasa yang merupakan rukun Islam keempat.
Bulan pausa, bagi anak-anak tempo doeloe selain sebagai bulan ibadah, juga liburan panjang. Sampai tahun 1970 sekolah libur selama 40 hari. Murid-murid baru masuk kembali seminggu setelah lebaran. Libur panjang puasa tidak diberlakukan lagi oleh Daud Yusuf, saat ia menjabat sebagai Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan.
Pernah terjadi benturankeras ketika dihilangkan libur panjang itu. Yakni antara Daud Yusuf dengan Menko Kesra Alamsyah, yang tidak setuju bila libur puasa dihapus. Kala itu santer isu bahwa Alamsyah sampai menampar Daud Yusuf. Alasan Alamsyah, libur puasa perlu untuk memberi kesempatan para siswa mengikuti pendidikan keagaamaan di pesantrenpesantren kilat yang banyak bermunculan selama Ramadhan.
Sehari menjelang puasa, dulu, para ibu dan gadis dengan berkemben kain batik siramandi Kali Ciliwung yang kala itu masih lebar dan airnya jernih. Mereka keramas, untuk menyucikan diri lahir dan batin, menyambut bulan suci Ramadhan sambil duduk di getek-getek dari bambu yang sambung menyambung sepanjang ratusan meter.
Waktu itu belum ada sampo, sabun keramas yang kini digencarkan iklannya di televisi-televisi seolah-olah orang Indonesia berketombe. Untuk membersihkan rambut, dulu mereka keramas menggunakan merang dari batang padi yang dibakar dan abunya disaring dengan kain hingga berbusa. Kita tidak tahu apakah cara itu dapat menghilangkan ketombe. Yang jelas,istilah ketombe, seperti juga sampo belum dikenal kala itu.
Tradisi semacam siramanmenjelang Ramadhan juga dikenal di berbagai daerah. Di Riau disebut mandi balimau di Sungai Kampar. Masyarakat memasang tonggulatau panji-panji kebesaran adat. Tonggul merupakan kain yang terdiri dari berbagai warna, tergantung asal suku yang memiliki kain tersebut, yang digantungkan pada sebatang kayu yang ditancapkan di tanah.
Menurut versi anak-anak tempo doeloebukan main banyaknya pantangan yang dapat membatalkan puasa. Seperti menangis, marah, mengorek kuping, bahkan kentut di dalam air.
Dulu, Ciliwung yang bersih mengundang anak-anak berendam dan berenang yang dalam istilah Betawi disebut ngebak. Tapi jangan pergi mandi di zwembad(kolam renang). Karena bisa membatalkan puasa. Maklum gadis Belanda yang banyak ketika itu mandi dengan pakaian renang.
Sehari sebelum bulan puasa orang telah mulai bergembira menyambut datangnya bulan suci ini dengan memukul beduk sepanjang hari hingga Maghrib. Hanya berhenti sebentar dekatdekat waktu Dzuhur dan Ashar. Warga Betawi masak lebih enak dari hari biasa.
‘’Mencari dalam 11 bulan untuk satu bulan’‘ masih diterapkan ketika itu, khususnya di kampung-kampung yang mayoritas Betawi. Artinya, sebelas bulan lalu orang berusaha sekuat tenaga, dan dalam bulan puasa ini orang bersenang-senang dengan hasil tadi.
Sehingga, dulu, tidak jarang orang tua-tua pada malam hari setelah tarawih terus tadarusan membaca Alquran hingga tamat tiga kali dalam bulan itu dan tinggal di masjid untuk beribadah, tahanut dan sebagainya hingga Subuh. Siangnya mereka tidur.
Orang Betawi tidak nengenal istilah nyekar, tapi ziarah kubur.Dilakukan, terutama, sehari jelang puasa. Di tempat pemakaman umum (TPU) para tukang kembang memasang tenda-tenda.
Sedang mereka yang ‘berprofesi’ sebagai tukang doa dan membaca Yaasin mendapat rezeki nomplok di TPU-TPU. Banyak pula yang menziarahi makam para ulama terkenal. Seperti Habib Husein Bin Abubakar Alaydrus, seorang ulama yang datang dari Hadramaut dan dimakamkan di Luar Batang, Pasar Ikan. Dia meninggal pada 24 Juni 1756, dan dimakamkan di samping masjid yang dibangunnya, yang kini telah diperbaharui oleh gubernur DKI Jakarta, Fauzi Bowo.
Menjelang puasa, tiap hari ratusan peziarah dari berbagai tempat di Nusantara mendatangi makam itu. Pada saat upacara akhir ziarah, pada Kamis (28/8) lalu, ribuan penziarahi mendatangi Luar Batang. Banyak peziarah yang bermalam di sana sambil melakukan i’tikaf.
Peziarah juga mendatangi makam Habib Ali Kwitang, saat penutupan majelis taklimnya menjelang Ramadhan, pada Sabtu (23/8) malam lalu. Seperti juga di Luar Batang, para peziarah Haib Ali juga mendapat suguhan nasi kebuli.
Sebulan sebelum Ramadhan, telah didirikan/dibentuk suatu panitia andilan. Artinya, panitia secara beramai-ramai mengumpulkan uang dan beras sebagai tabungan untuk membeli kerbau yang akan disembelih sehari menjelang lebaran.
Pada hari memotong kerbau itu warga sangat sibuk. Mereka menyebutnya Harian Motong Kerbo. Semua daging, jerohan dan kepalanya dibagi rata, disaksikan oleh anggota andilan. Hanya kulitnya yang tidak dibagikan, untuk surat merah— surat izin memotong hewan dari Jawatan Kehewanan. Mereka tidak membayar dengan uang, melainkan dengan kulit kerbau tadi pada Menteri Khewan.
Tamu-tamu miskin diperbolehkan membawa pulang berkat (daging, nasi, ketupat atau kue-kue). Kue tradisional yang telah disiapkan sejak awal Ramadhan untuk Lebaran adalah dodol, dan uli dengan tape ketannya, serta gaplek, wajik, dan kue kering. Sayangnya, menjelang Ramadhan tahun ini hidup rakyat makin sulit akibat kenaikan harga-harga sembilan bahan pokok (sembako). Repotnya, menjelang Lebaran nanti, harga sembako biasanya juga melambung lagi.