Senin 15 Jul 2019 15:06 WIB

Cornelis Chastelein; Tuan Tanah Baik Hati Pembangun Depok

Ketika wafat, Cornelis Chastelein mewarisi seluruh tanahnya kepada 150 budak miliknya

Rep: Erik Purnama Putra/ Red: Karta Raharja Ucu
Gemeente Bestuur Depok, kantor pemerintahan Depok yang kini menjadi Rumah Sakit Harapan di Jl. Pemuda, Depok. Tugu itu dibangun pada 28 Juni 1814, bertepatan dengan peringatan 100 tahun kematian Cornelis Chastelein, pejabat VOC yang membeli sebidang tanah di Depok. Namun tugu itu dihancurkan karena dianggap sebagai simbol kolonialisme.
Foto: Dok. Keluarga Presiden Depok.
Gemeente Bestuur Depok, kantor pemerintahan Depok yang kini menjadi Rumah Sakit Harapan di Jl. Pemuda, Depok. Tugu itu dibangun pada 28 Juni 1814, bertepatan dengan peringatan 100 tahun kematian Cornelis Chastelein, pejabat VOC yang membeli sebidang tanah di Depok. Namun tugu itu dihancurkan karena dianggap sebagai simbol kolonialisme.

REPUBLIKA.CO.ID, Keringat masih membasahi tubuhnya. Bersama tiga temannya, Yoseph (55 tahun) baru memakamkan generasi kedelapan salah satu budak Chastelein, tuan tanah Depok di masa lalu. “Luas lahan di sini sekitar 8.800 meter persegi,” katanya.

 

Di Jalan Kamboja, sekitar 100 meter di belakang RS Hermina, itulah letak pemakaman seluruh keturunan pendiri Depok lama. Cukup mudah menandai bahwa pekuburan ini sudah kuno.

Saya menemukan banyak nisan orang meninggal bertuliskan abad ke-19. Di antaranya, batu nisan milik Adolf van Der Capellen, tertulis lahir pada 15 Januari 1825 dan meninggal pada 6 April 1888.

 

Perjalanan heritage

Hanya satu kata menggambarkan kondisi Kota Depok, yakni “padat”. Saya mencoba menyusuri area Depok Lama yang terletak di Kecamatan Pancoran Mas. Cukup mudah mencapai kawasan ini. Dari arah Jakarta, kita bisa menghabiskan Jalan Raya Margonda hingga bertemu perempatan. Nah, ketika sampai di ujung jalan, wilayah itu sudah masuk kawasan bersejarah.

 

Berbagai informasi yang saya kumpulkan memberi dua alternatif bila ingin lebih dalam menyaksikan bangunan kuno Depok. Bisa memilih opsi lurus melewati Jalan RA Kartini atau belok kiri ke Jalan Siliwangi, tempat Rumah Sakit (RS) Hermina berdiri. Saya mengawalinya dengan pilihan kedua menuju pemakaman keturunan pendiri Depok Lama.

Yoseph, penggali kubur yang saya temui berujar, karena berusia dua abad, areal makam sudah penuh. Otomatis untuk menyiasatinya kalau ada yang meninggal, tempat pemakamannya digabung dengan keluarga yang lebih dulu meninggal.

Ia sudah lupa berapa kali memindahkan makam atau menyatukan rangka keluarga untuk dimakamkan di situ. Berdasarkan estimasinya, tidak kurang sekitar 2.000 orang sudah dikubur di taman pemakaman khusus penyandang 12 marga. “Tempat pekuburan ini termasuk bersejarah dan bisa menjadi salah satu bukti betapa peradaban Depok sudah ada sejak lama,” katanya.

 

Saya melanjutkan perjalanan jelajah heritage menyaksikan blok lain di Jalan Pemuda. Di sinilah pusat keramaian Depok masa lalu berada. Banyak bangunan tua yang masih bisa disaksikan meski sebagian sudah berganti menjadi rumah pribadi dan perkantoran.

photo
Gedung Pastorie, yang kini menjadi Kantor YLCC. (Amri Amrullah/Republika).

 

Salah satu gedung tua yang kondisinya masih terlihat bagus adalah Rumah Sakit Harapan Depok (RSHP). Tempat ini dulu merupakan kediaman Chastelein. Karena dirawat YLCC, arsitektur rumah sakit tertua di Depok itu tetap dipertahankan.

Saya menyempatkan diri masuk ke gedung untuk menengok aktivitas warga yang tengah berobat atau memeriksakan kesehatan dan berbincang dengan staf medis. Kesan gedung kuno yang masih terawat terlihat dari tembok, tiang penyangga, dan atap yang masih kokoh.

 

Di depan RSHP, masih tersisa satu rumah kuno dalam kondisi terawat. Yang mencolok, tentu saja arsitekturnya yang berbeda dengan deretan rumah di sampingnya karena menonjolkan kesan Eropa. Hanya saja, ketika saya ke sana, rumah tampak tertutup dan sepertinya tidak ada aktivitas dari penghuninya di dalam.

sumber : Pusat Data Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement