Kamis 07 Feb 2019 08:23 WIB

Jejak Laksamana Cheng Ho di Wihara Dhanagun Kota Bogor

Pengikut Laksamana Cheng Ho yang enggan kembali ke Cina, menetap di Bogor.

Rep: Imas Damayanti/ Red: Karta Raharja Ucu
Patung Laksamana Cheng Ho
Foto: Antara
Patung Laksamana Cheng Ho

REPUBLIKA.CO.ID, Sekilas memang tak ada yang istimewa dan berbeda dari struktur bangunan di Wihara Dhanagun, Kota Bogor, dari kelenteng lainnya yang ada di Indonesia. Namun siapa sangka, kelenteng yang didirikan sejak 1672 ini memiliki arti mendalam bagi para etnis Cina peranakan Hokkian yang merupakan bagian dari pengikut seorang Laksamana Muslim bernama Cheng Ho.

Adalah Ayung Kusuma (68 tahun), salah satu warga peranakan Cina Hokkian yang menjadi pengurus harian di Wihara Dhanagun menceritakan tentang sejarah panjang kelenteng itu berdiri. Meski tak tahu tanggal pasti wihara itu didirikan, yang dia ketahui dari berbagai sumber literasi dan cerita nenek moyang, kelenteng itu dibangun dari spirit kebersamaan warga keturunan Hokkian.

“Waktu itu pengikutnya Laksamana Cheng Ho yang nggak ingin kembali ke Cina, memutuskan untuk menetap di Bogor ini dan beranak-pinak,” katanya.

Semangat kebersamaan yang dimulai dari basis kesukuan tersebut pada akhirnya membentuk sebuah komunitas etnis Cina Hokkian di sekitar wilayah Surya Kencana. Sebagai suatu komunitas baru di negeri yang baru pula, kata dia, masyarakat Hokkian mulai berbaur dengan masyarakat lokal dan lambat laun mendirikan kelenteng sebagai keperluan peribadatan dan kebudayaan.

photo
Suasana di sekitar Vihara Dhanagun jelang perayaan Imlek 2019, Jalan Surya Kencana, Kota Bogor, Selasa (5/2).

Dari sejarahnya, menurut Ayung, Laksamana Cheng Ho memang dikenal menanamkan sikap kebersamaan dan toleransi kepada para pengikutnya. Hal itulah yang hingga kini kerap diterapkan para keturunan dari pengikut Laksamana Cheng Ho yang menetap di Bogor.

“Peringatan Imlek kali ini kami berdoa agar Indonesia selalu diberi kedamaian oleh Tuhan. Kebersamaan yang telah kita punya selama ini, adalah warisan yang perlu kita jaga,” katanya.

Warga Kota Bogor, Maya (63 tahun), mengungkapkan harapannya pada peringatan Imlek kali ini agar diberi kesehatan dan kemurahan rezeki yang berlimpah dari Tuhan. Nenek dari tiga orang cucu itu mengaku bersyukur dengan berjalannya Imlek yang damai dan aman di Kota Bogor.

“Tadi pas bakar dupa, saya berdoa semoga masa depan anak cucu saya cerah,” katanya.

Sebelumnya, Wali Kota Bogor Bima Arya sempat menyebut basis tradisi warga Kota Bogor merupakan keragaman dan toleransi. Karena itu, kata dia, tak pernah ada sejarah konflik horizontal yang terjadi di sepanjang sejarah Kota Bogor.

“Dari zaman Prabu Siliwangi hingga saat ini, DNA masyarakat Kota Bogor adalah toleransi. Keragaman dalam satu kesatuan,” katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement