Kamis 10 Jan 2019 06:07 WIB

Kucing dalam Peradaban Islam; Binatang Tersayang Nabi

Salah seorang sahabat Rasulullah, Abu Hurairah dijuluki sebagai Bapak Kucing.

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Karta Raharja Ucu
Kucing minum. Ilustrasi
Foto: daily-kos.com
Kucing minum. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menginstruksikan razia kucing liar di ibu kota. Kabar itu mencuat dari unggahan Sukwanto Menk di akun media sosialnya. Selain itu, akun Instagram Animal Stories Indonesia juga mengunggah sejumlah video kondisi kucing pascapenangkapan.

Dalam tulisan berjudul Para Palaeogenetika dari Penyebaran Kucing di Dunia Kuno yang dimuat di laman Nature.com, keberadaan kucing sudah ada sejak zaman dahulu. Kucing sebagai agen pengendalian hama, objek bernilai simbolik, dan hewan pendamping bagi manusia.

Artikel tersebut tidak menjabarkan ihwal domestikasi dan penyebaran awal antropogenik kucing. Penaklukan kucing di seluruh dunia, dimulai selama periode Neolitik di East Near. Sementara penyebarannya, mendapatkan momentum selama periode Klasik, ketika kucing Mesir berhasil menyebar ke seluruh Dunia Lama (Old World).

Pola dan rentang ekspansi, menunjukkan penyebaran di sepanjang rute perdagangan dan konektivitas maritim dan terestrial manusia. Varian warna bulu ditemukan pada frekuensi tinggi hanya setelah Abad Pertengahan, menunjukkan pengembangbiakan kucing terarah terjadi lebih lambat daripada dengan sebagian besar hewan peliharaan lainnya.

Dalam Mozaik Republika berjudul Kisah Kucing dalam Peradaban Islam, kisah kucing sudah ada sejak perkembangan peradaban Islam. Sahabat Nabi Muhammad shalallahu alahi wassalam memberi teladan ihwal kasih sayang pada binatang, termasuk kucing.

Di dunia Islam, muncul julukan Abu Hurairah atau Bapak Kucing pada sahabat Rasulullah shalallahu alahi wassalam, Abdurrahman bin Shakhr ad-Dausi. Dalam buku Para Sahabat Nabi SAW karya Dr Abdul Hamid as-Suhaibani dituliskan, "Dulu aku menggembala domba-domba keluargaku dan aku memiliki seekor kucing kecil. Pada malam hari, aku biasa meletakkan kucing tersebut di sebuah pohon, sedangkan pada siang hari aku membawanya pergi dan bermain-main dengannya. Maka, mereka memanggilku Abu Hurairah". Abu Hurairah mendapat julukan itu karena memelihara seekor kucing jantan kecil.

Pada bagian introduksi buku Cats of Cairo karya Lorraine Chittock, seorang cendekiawan asal Jerman, mendiang Annemarie Schimmel pernah menulis kisah kucing. Menurut Schimmel, saat orientalis asal Inggris, EW Lane tinggal di Kairo pada 1830-an, ia sangat kagum melihat pemandangan setiap sore yang ada di taman gedung pengadilan tinggi di sana. Sebab, banyak sekali kucing berkumpul di taman tersebut.

Orang-orang membawa keranjang sarat makanan untuk kucing yang bercengkerama pada sore hari. Berdasarkan infomasi yang didapat Lane, pemandangan itu terkait dengan tradisi pemenuhan kewajiban para hakim yang dimulai sejak abad ke-13.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement