Sabtu 11 Nov 2017 08:03 WIB
Hari Pahlawan

Bangunan Bersejarah di Surabaya Satu per Satu Hilang

Sejumlah pemeran mementaskan drama kolosal Surabaya Membara di Jalan Tugu Pahlawan, Surabaya, Jawa Timur, Kamis (9/11). Drama yang menceritakan perjuangan arek-arek Suroboyo mempertahankan kemerdekaan RI tersebut dalam rangka memperingati Hari Pahlawan.
Foto: Yasin Habibi/ Republika
Sejumlah pemeran mementaskan drama kolosal Surabaya Membara di Jalan Tugu Pahlawan, Surabaya, Jawa Timur, Kamis (9/11). Drama yang menceritakan perjuangan arek-arek Suroboyo mempertahankan kemerdekaan RI tersebut dalam rangka memperingati Hari Pahlawan

Setelah mengambil foto dan video, Republika memutuskan untuk pergi menuju Jalan Mawar No. 10. Republika dituntun arah oleh Gepeng yang sudah beberapa kali datang ke rumah tersebut.

Tak memakan waktu lama, akhirnya kami tiba di sebuah persimpangan jalan dan masuk ke Jalan Mawar. Kemudian, setelah berbelok ke jalan tersebut Gepeng mengatakan, "Itu tuh yang ditutupin seng hijau."

Kami memarkirkan kendaraan di bagian depan penutup seng itu. Tidak jauh dari pos keamanan yang terbuat dari papan triplek yang menjaga proyek pembangunan yang ada di sisi lain seng berwarna hijau tersebut.

Sesaat melihat-lihat, petugas keamanan bernama Enang (56 tahun) keluar dari posnya dan menyapa kami berdua. Gepeng yang merasa sedih karena situs bersejarah itu digusur oleh sang empunya tanah mengungkapkan apa yang ia rasakan kepada Enang.

Namun, yang terjadi keduanya justru agak bersitegang sedikit. Di satu sisi Gepeng merasa sedih, di sisi lain Enang membela majikannya yang berkantor di sebelah rumah itu.

Gepeng pun kemudian menjauh dari lokasi itu dan duduk di dekat pos RW. Republika mengambil alih percakapan dengan bertanya-tanya akan diapakan rumah itu.

"Ini baru mulai dibangun dua hari yang lalu. Mau dibangun ulang. Kondisi rumah kemarin kan sudah parah, jadi mau dipugar lagi," ujar Enang kepada Republika di depan pos keamanannya, Jumat (3/11).

Memang, pada seng berwarna hijau itu ditempel gambar desain bangunan yang akan dibangun. Bentuknya berbeda dengan rumah asli yang bisa kita lihat di internet. Hanya bagian atapnya yang terlihat sama. Mengintip sedikit ke dalam, para pekerja sedang melakukan proses pembangunan sesuai apa yang dikatakan Enang.

Dulu, Bung Tomo dan rekan-rekannya menjadikan tempat itu sebagai studio pemancar Radio Barisan Pemberontakan Republik Indonesia (RBPRI). Selama melakukan siaran, Bung Tomo kerap berpindah-pindah agar tak ketahuan pihak musuh. Menurut Ady, menjelang 10 November 1945, Bung Tomo sudah mulai menggunakan rumah tersebut.

"Dia pidato, sampai Ketut Tantri ikut aktif itu ya di Mawar itu. Sampai perang belasan November itu masihlah di sana, sampai akhirnya tempat itu dihujani bom mengenai bagian kamar mandi belakang dan memakan korban satu anggotanya asal India," jelas dia.

Ady Setyawan menjelaskan, Ketut Tantri merupakan warga Amerika Serikat yang pro terhadap RI. Dia merupakan tandem dari Bung Tomo. Jika Bung Tomo berpidato menggunakan bahasa Indonesia, maka Ketut Tantri yang berpidato menggunakan bahasa Inggris dan kemudian di-relay.

Berkat Ketut Tantri, pidato-pidato Bung Tomo dapat diterima dunia internasional, "dia yang berpidato menggunakan bahasa Inggris di sana yang kemudian dapat diterima di dunia internasional."

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement