Selasa 21 Feb 2017 13:15 WIB
68 Tahun Kematian Tan Malaka

Penyusup Bernama Tan Malaka

Pengunjung mengamati tugu peringatan yang dipercaya sebagai lokasi eksekusi mati pahlawan nasional Tan Malaka di pinggir sungai Brantas, Desa Petok, Kediri, Jawa Timur, Rabu (18/1).
Foto: Antara/Prasetia Fauzani
Pengunjung mengamati tugu peringatan yang dipercaya sebagai lokasi eksekusi mati pahlawan nasional Tan Malaka di pinggir sungai Brantas, Desa Petok, Kediri, Jawa Timur, Rabu (18/1).

Oleh Alwi Shahab, wartawan senior Republika 

Lenin hanya tujuh tahun menikmati hasil revolusi Oktober 1917. Ia mati umur 54 tahun. Saat baru saja jasadnya dibalsem di museleum -- guna diabadikan -- terjadi perebutan kekuasaan untuk menggantikannya. Pertarungan paling sengit terjadi antara Stalin dan Trotsky untuk jadi orang nomor satu di Uni Soviet. Sekalipun Lenin kurang berkenan terhadap Stalin, namun sejarah membuktikan lain. Karena akhirnya Stalin lah yang menang. 

Setelah memerintah, Stalin memperlihatkan wataknya yang asli sebagai diktator yang bengis dan kejam. Tanpa kenal ampun ia membabat habis atau men-Siberia-kan mereka yang dianggap sebagai pesaingnya. Trotsky yang melarikan diri dikejar-kejar, dan akhirnya dibunuh oleh kaki tangannya saat berada di Meksiko. Padahal Trotsky, ketika bersama dengan Lenin sangat berjasa dalam membangun Angkatan Bersenjata Bolshewik. 

Sejak saat itu, mereka yang dicurigai dikambing hitamkan sebagai kelompok Trotsky. Tan Malaka juga mendapat tuduhan ini. Karena, memang Tan Malaka tidak setuju terhadap pemberontakan komunis di Tanah Air pada 1926, saat ia berada di luar negeri. Karena PKI waktu itu berorientasi ke Moskow, maka kaum kiri yang menentang gerakannya diberi stempel Trotsky. Tapi, untuk itu sebaiknya kita kembali dulu ke masa-masa sebelumnya. 

Saat pada 1911, di Solo berdiri Syarikat Dagang Islam (SDI), kemudian menjadi Syarikat Islam (SI). Dalam tempo singkat SI berkembang hingga ke desa-desa. Hanya dalam tempo dekat (1914-1916) punya anggota satu setengah juta orang. Menunjukkan SI mendapat tempat di hati rakyat, yang saat itu menghadapi penajajahan Belanda. Sayangnya, SI kemudian disusupi oleh orang-orang kiri. Dan boleh dikatakan bahwa SI-lah organisasi pertama disusupi PKI. Itu terjadi ketika kelompok Marxis, antara lain Semaun, Darsono, dan Tan Malaka diselundupkan ke dalam tubuh SI. 

Kelompok ini adalah para pengikut pembawa paham Marxisme pertama ke Indonesia, Henk Sneevliet. Ia pada 1914 mendirikan Indische Sociaal Democratische Vereeneging (ISDV). Pada Mei 1920 ISDV merubah nama jadi PKI. ISDV, merupakan organisasi pertama yang menerapkan ajaran Marxisme di Asia Tenggara. Tertarik oleh kepiawaian propaganda yang dilancarkan agitprop (agitasi/propaganda) kelompok kiri ini pada 1921 SI pun pecah jadi dua. Masing-masing dipimpin HOS Tjokroaminoto dan Semaun. Tan Malaka sendiri pada 1922 menjadi ketua CC PKI. Tapi setelah itu ia berada di mancanegara dalam masa pelariannya selama 20 tahun. 

Ketika 1926, pecah pemberontakan PKI yang dengan mudahnya dipatahkan pemerintah kolonial Belanda akibat tidak ada persiapan yang matang. Tan Malaka yang masih berada di pengasingan menentang pemberontakan itu. Bahkan pada 1927, saat berada di Bangkok ia mendirikan Partai Republik Indonesia (PARI) yang kemudian menjadi Partai Murba. Bagi PKI tindakannya ini dianggap sebagai pengkhianatan terhadap partai. Ini yang menyebabkan ia dijuluki sebagai pengikut Trotsky. Apalagi di Rusia waktu itu sedang terjadi pertentangan antara Stalin - Trotsky, seperti yang diuraikan di atas. Padahal, dalam Madilog setebal 539 halaman, Tan Malaka tidak menyebut-menyebut Trotsky, kecuali menyebut yang bersangkutan membawa berpeti-peti buku saat menuju pengasingan. 

Membaca Madilog, kita akan mendapati banyak bagian yang mengkritik agama. Seperti ketidakyakinannya bahwa Tuhan yang maha pengasih dan penyayang akan memasukkan hambanya ke neraka. Sebagai Marxis, Tan Malaka juga banyak mengutip teori evolusinya Darwin, tokoh atheis terkenal itu. ''Madilog saya maksudkan terutama untuk cara berpikir. Bukanlah suatu Weltanschaoeng,'' ujarnya. 

Mengenai keberadaannya selama delapan bulan di Moskow, Tan Malaka mengatakan: ''Di sini saya cocokkan pengetahuan saya tentang komunisme. Sedikit sekali membaca, tetapi mempelajari pelaksanaan komunisme.'' Ia kembali ke Tanah Air pada masa pendudukan Jepang 1943, setelah 20 tahun berada di luar negeri. Dia mati ditembak tentara sewaktu clash kedua tahun 1949 di suatu tempat di kaki Gunung Willis, Jawa Timur. Konon, karena waktu itu dia memaki-maki pemerintah. Pangdam Divisi Brawijaya Mayjen Sungkono di Surabaya dalam suatu jumpa pers membenarkan kematiannya itu. Hingga sekarang ini tidak diketahui di mana makamnya. 

Karir perjuangannya selama 28 tahun (1921-1949), hanya dua tahun dia mendapat kesempatan secara bebas. Selebihnya dia terpaksa bergerak di bawah tanah di luar negeri dan mendekam dalam penjara Tanah Air. Karena setelah peristiwa 3 Juli 1946 di Yogyakarta, ia kemudian dipenjarakan. Pada tahun 1963, pemerintah memberikan anugerah pahlawan kepadanya. 

Perseturuan antara PKI dan Murba yang merupakan musuh bebuyutan itu terus berlangsung setelah generasi tua kedua partai telah tiada. Seperti di masa Orde Lama, PKI menganggap Murba sebagai musuh utamanya. Karena partai ini dianggap paling tahu segala kelicinan orang-orang komunis. Akhirnya, PKI berhasil mematahkan perlawanan gigih orang-orang Murba setelah dibekukannya partai ini pada 27 September 1965. Sebelumnya pemerintah juga membubarkan 'Badan Pendukung Soekarno' yang sebagian besar tokohnya berasal dari Partai Murba. Berdirinya BPS untuk melawan ajaran-ajaran komunis. []

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement