Ahad 27 Nov 2016 07:00 WIB

Warung-Warung Cina di Setiap Sudut Kampung

Produk Cina
Foto: Republika/Yulianingsih
Produk Cina

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Alwi Shahab

Dewasa ini makin santer penolakan terhadap membanjirnya produk Cina di pasaran Indonesia. Produk ini, mulai dari buah, pakaian, dan mainan anak-anak, masuk pasar Indonesia tanpa batas. Tentu saja, barang impor ini tanpa ampun telah memukul berbagai produk dalam negeri.

Kalau mendatangi pusat perdagangan dan mal, kita akan mendapati buah lokal sudah tidak dapat bersaing. Padahal, tanah Indonesia begitu subur dengan hasil buah-buahannya.

Rupanya, masuknya barang-barang Cina bukan hanya di Indonesia, melainkan di Arab Saudi. Kalau dulu peci putih, tasbih, dan baju Muslim masih didatangkan dari Indonesia, kini hampir sulit kita dapati karena barang impor ini dikuasai produk Cina. Bahkan, produk Eropa mulai hilang di Arab Saudi.

Sekarang warga Cina di Tanah Air juga mengeluhkan membanjirnya produk yang memukul produk mereka. Kita dapat mendatangi Glodok, sebagian besar yang dijualbelikan produk Cina. Tidak heran kalau Kadin mengeluh terhadap banjirnya produk ini.

Ada suatu yang hilang di Tanah Air, khususnya Jakarta. Kalau sekarang bertebaran minimarket di kampung-kampung, pada 1950-an pada hampir tiap sudut jalan di kampung terdapat warung-warung Cina.

Di Kwitang, tempat saya tinggal, kita dapati warung Cina di tiap sudut kampung. Mereka menjual bahan kebutuhan pokok, mulai dari arang, gula pasir, minyak, dan beras. Tapi, rakyat tidak ada yang mengeluhkan keberadaan mereka.

Warung-warung ini umumnya milik Cina singkek (totok) yang melayani pembeli dengan celana dalam dan kaus kutang. Kita bisa berutang pada mereka yang melayani pembeli dengan sempoa yang kecepatannya tidak kalah dengan kalkulator.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement