Jumat 02 Dec 2016 07:00 WIB

Cerita Demo dari Masa ke Masa

Lapangan IKADA diabadikan dari udara.
Foto: IST
Lapangan IKADA diabadikan dari udara.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Alwi Shahab

Demo, unjuk rasa, dan kebulatan tekad di Jakarta telah terjadi tidak lama setelah proklamasi kemerdekaan. Zaman penjajahan Belanda dan Jepang, di masjid atau mushala, umat Islam melalui ajaran agama mengemukakan kejengkelannya terhadap penjajah.

Hanya sebulan setelah proklamasi kemerdekaan, tepatnya pada 19 September 1945, terjadi unjuk rasa berupa kebulatan tekad untuk mempertahankan proklamasi kemerdekaan. Unjuk rasa ini, yang dikenal dengan nama "rapat raksasa Ikada", dilakukan di lokasi yang kini dikenal sebagai Lapangan Monas, Jakarta Pusat.

Pesertanya membeludak ratusan ribu orang. Padahal, kala itu penduduk Jakarta tidak sampai setengah juta jiwa. Peserta juga berdatangan dari Bogor, Depok, Tangerang, dan sekitarnya. Di sinilah Presiden Sukarno berpidato singkat menyuruh mereka bubar dengan tenang. Maklum, aksi ini berlangsung di tengah todongan senjata pasukan Jepang. Pasukan Negeri Sakura setelah kalah perang dengan Sekutu diminta menjaga keamanan Indonesia.

Pada masa demokrasi liberal, tepatnya 17 Oktober 1952, tentara yang dipimpin Kolonel Abdul Haris Nasution menyerbu dan memasuki pintu gerbang Istana Merdeka dengan kendaraan tank berlapis baja. Dalam aksi yang dilakukan dari Monas itu, tentara membawa poster bertuliskan "Bubarkan Parlemen".

Nasution mengatakan, "Ini tidak ditujukan kepada Bung Karno pribadi, melainkan untuk menentang sistem pemerintahan."

Bung Karno berjanji untuk mengadakan pemilu pada 1955. Peristiwa 17 Oktober ini mengakibatkan jatuhnya pemerintahan dan terjadi pertentangan di kalangan ABRI yang berlangsung cukup lama.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement