Jumat 28 Oct 2016 09:27 WIB

Nyonya Belanda Bakar Budak yang Buat Tuannya Tergila-gila

Suana tempat pelacuran di pinggiran Jakarta tahun 1948(16/2).
Foto: dok. Istimewa
Suana tempat pelacuran di pinggiran Jakarta tahun 1948(16/2).

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Alwi Shahab

Sejak Batavia berdiri pada awal abad ke-17, yang berpusat di sekitar Pasar Ikan, Jakarta Utara, tempat pelacuran merajalela di luar benteng kota. Kota yang sebagian besar didominasi kaum pria, dalam sejarahnya banyak mencatat kisah pelacuran dan juga perselingkuhan.

Pada 13 Agustus 1635, seorang perempuan pribumi bernama Maria menghadap kepala dewan kota. Ia mengadukan suaminya, Manuel, yang memaksa dirinya dan juga budak perempuannya untuk mencari nafkah haram setiap hari, dengan memanggil laki-laki Belanda serta menerima uang dari mereka.

Pada Agustus 1631, diketahui beberapa perempuan Kristen telah melakukan perbuatan zina dengan orang-orang Cina dan orang-orang Banda yang beragama Islam. Sementara itu, Valdero, pemimpin orang-orang hitam (orang Mardijker = Merdeka), dan beberapa orang lain memelihara budak-budak perempuan, yang tiap hari disuruhnya melacur demi kepentingan mereka. Penghasilan mereka dalam sehari rata-rata setengah real (tulis Leonard Bluse, mengutip laporan tahun tersebut).

Suburnya pelacuran, karena prajurit-prajurit VOC yang bertugas di Batavia umumnya tidak memiliki istri. Demikian juga para penduduk yang banyak berdatangan bukan saja dari Eropa tapi juga Nusantara. Tempat-tempat pelacuran itu tiap saat bisa didatangi para serdadu, yang ingin berpelesiran dengan wanita-wanita itu, tapi tidak bisa masuk ke barak-barak mereka.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement