Selasa 11 Oct 2016 07:00 WIB

Jejak Playboy Cina Mati karena Cinta

Jatuh cinta memang indah, tapi bagi sebagian orang butuh waktu dan kesabaran untuk bisa menikmati cinta.
Foto: flickr
Jatuh cinta memang indah, tapi bagi sebagian orang butuh waktu dan kesabaran untuk bisa menikmati cinta.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Alwi Shahab

Pada 1837, Jalan Toko Tiga, Glodok, sudah menjadi pusat perdagangan yang ramai. Tak tahu mengapa dinamakan demikian. Kemungkinan tempat yang berada di luar tembok kota Batavia ini mula-mula hanya terdapat tiga buah toko. Yang jelas, pada 167 tahun lalu, ketika kisah ini terjadi, sudah banyak toko, kios, dan rumah berdiri di sana. Yang terbesar toko tembakau milik Oey Thoa, pedagang besar Cina yang berasal dari Pekalongan, Jawa Tengah.

Raja tembakau ini, meski belum lama tinggal di Betawi, cukup terkenal berkat kekayaannya. Sayangnya, pengusaha sukses dan tajir ini mati muda. Ia meninggalkan warisan bejibun pada putranya, Oey Tambahsia, yang berusia 15 tahun.

Memiliki kekayaan berlimpah ditambah dengan wajah yang tidak kalah tampan dengan Roger Danuarta, bintang sinetron terkenal masa kini, nama Oey Tambahsia langsung melejit. Jejaka ting-ting ini hampir dikenal semua penduduk China Town saat itu. Apalagi royalnya tidak ketulungan, sering memberi persen pada orang yang dekat dengannya.

Ketika berusia 17 tahun, tiap sore ia pesiar keliling kota untuk mengintip anak perawan bangsawan dan hartawan guna dijadikan istri. Maklum, ketika itu para gadis, termasuk gadis Cina, masih dipingit tidak boleh keluar rumah tanpa didampingi orang tua dan keluarga.

Karena seleranya amat tinggi, di kawasan Pecinan ia tidak menemui gadis idaman hatinya. Dengan sombong ia sempat berkata, ”Syarat gadis yang akan diperistri harus dilihat dulu, cantik atau tidak.”

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement