Selasa 12 Feb 2019 07:06 WIB

Mengajak Milenial Pindah Tongkrongan ke Museum

Komunitas Sahabat Museum mengajak generasi muda mengenal akar sejarah Indonesia.

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Karta Raharja Ucu
Menara Syahbandar, Jakarta Utara, Minggu (5/2). (Republika/Prayogi)
Menara Syahbandar, Jakarta Utara, Minggu (5/2). (Republika/Prayogi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Plesiran ke museum dan kawasan bersejarah mulai dilirik generasi millenial. Antusiasme masyarakat menengok jejak sejarah melalui bangunan tua itu dimanfaatkan komunitas Sahabat Museum.

Melalui kegiatan Pindah Tongkrongan (Pintong), komunitas Sahabat Museum ingin mengajak masyarakat datang ke museum. Dari usia tua hingga muda, saling berbaur menyimak dan berdiskusi tentang jejak sejarah di Jakarta.

"Tujuan program Pintong adalah, kita mengajak anak muda dan orang tua untuk datang dan menikmati museum," kata pendiri komunitas Sahabat Museum, Ade Purnama dalam kegiatan Pintong Museum Bahari dan Menara Syahbandar di Jakarta Utara, Ahad (10/2).

Komunitas Sahabat Museum menggagas Pintong ke Museum Bahari dan Menara Syahbandar dalam penyelenggaraan kali ini. Acara dipandu pemerhati sejarah Batavia, Andy Alexander dan pemerhati warisan budaya kolonial, Lilie Suratminto.

Kegiatan Pintong kali ini menceritakan kisah kota Jakarta zaman dahulu, asal mula Museum bahari, dan mengapa ada Menara Syahbandar. Kegiatan Pitong memang menyoroti jejak sejarah di Jakarta, seperti, Museum Fatahillah, Sunda Kelapa, alur lurus Kali Besar yang bermuara di teluk Jakarta.

“Kami ingin ajak mereka untuk lebih mengenal akar sejarah Indonesia, dalam hal ini Jakarta,” ujar Ade.

Ade menjamin peserta Pitong bisa menikmati sejarah Jakarta. Sebenarnya, Sahabat Museum tidak menyasar generasi milenial. Namun, karena kegiatan itu sudah berlangsung 17 tahun, sudah waktunya peserta berganti generasi.

“Intinya generasi sekarang jangan sampai terputus dari sejarah dan mereka jangan sampai wawasannya sempit,” kata Ade.

Ia menuturkan, plesiran di kawasan bersejarah bertujuan membuka wawasan masyarakat lebih luas. Karena itu, Sahabat Museum ingin membagikan kisah sejarah dan masa lalu Jakarta pada masyarakat.

Salah satu peserta Pitong, Astrid mengaku tertarik mengenal dan mengetahui sejarah kota Jakarta. Astrid memang bukan berasal dari Jakarta, tetapi Surabaya Jawa Timur.

“Seru sih, sambil mengisi waktu luang,” kata dia.

Peserta lainnya, Fauzi mengatakan generasi muda memiliki rasa penasaran cukup besar. Selama ini, menurut dia, generasi muda hanya mengetahui sejarah dari buku dan internet, padahal museum banyak yang berkreativitas.

Karena itu, dia mengaggap, acara wisata museum sangat menarik. Apalagi, ada pakar sejarah yang menjelaskannya. Selain itu, dia menyadari bahwa museum cukup instagramable (pas masuk sosial media Instagram) sebagai konten.

“Ada wisatanya, jadi kemasannya menarik. Cara museum mengemasnya lebih menarik sekarang,” kata dia.

Pitong ke Museum Bahari dan Menara Syahbandar dimulai pukul 09.00 hingga 12.00 WIB. Peserta yang sudah mendaftar terlebih dahulu, mendapat penjelasan awal dari Andy Alexander dan Lilie Suratminto.

Kegiatan Pitong tidak dipungut biaya. Namun, peserta hanya membayar biaya masuk Museum Bahari sebesar Rp 5.000 per orang. Sebanyak 50-an peserta bergabung dalam kegiatan Pitong Museum Bahari dan Menara Syahbanda.

Kemudian, peserta diajak keliling Museum Bahari dan Menara Syahbandar. Namun, karena Menara Syahbandar dalam tahap perbaikan, maka peserta hanya di halaman luar.

Peserta mendapat penjelasan detail dari setiap sudut museum dari para pakar sejarah. Peserta juga menonton film pendek tentang cerita buah pala dari Banda Neira, Kabupaten Maluku Tengah, Maluku.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement