Senin 27 Mar 2017 17:36 WIB

Peneliti Belanda: Tan Malaka Pemikir Islam Tulen

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Joko Sadewo
Tan Malaka
Tan Malaka

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti sejarah asal Belanda, Harry A Poeze yang juga meneliti sosok Tan Malaka menyebut Tan Malaka adalah seorang pemikir Islam tulen. Hal itu disampaikan Poeze saat menjadi pembicara dalam diskusi publik 'Pemikiran dan Perjuangan Tan Malaka' di Operating Room, Gedung Nusantara DPR RI, Jakarta, Senin (27/3).

Ia mengungkapkan dalam bukunya 'Madilog' Tan Malaka menyampaikan posisi Islam di Indonesia sangat penting dan istimewa. Menurutnya, pemikiran barat sekalipun tidak bisa diterapkan di Indonesia tanpa adaptasi terlebih dahulu.

"Dalam Madilog ia juga menulis tentang Islam bahwa Islam lebih unggul dan tinggi dibandingkan agama lain," kata Poeze.

Karena itu pula, atas pemikiran tersebut Tan Malaka didukung oleh tokoh tokoh pemikir Islam intelektual lainnya. Bahkan dikatakannya, oleh orang-orang barat juga Tan dipandang sebagai pemikir Islam tulen.

"Dan dia harus ditafsirkan sebagai pemikir Islam," katanya.

Selain Itu, dalam kesempatan tersebut Poeze juga menyampaikan sejumlah watak Tan Malaka yang ia pelajari selama meneliti Tan Malaka. Di antaranya, sosok Tan Malaka yang begitu lekat dengan Minangkabaunya dan guru.

Poeze menyebut Malaka sebagai orang Minangkabau penting dan sangat berpengaruh besar ke kehidupannya.

"Ini jelas dalam membaca buku Tan Malaka. Khusus dari minangkabau. Ia seorang perantau dan tradisi lama dari Minangkabau. Pria keluar Minangkabau untuk mempertinggi nilai pria Minangkabau," katanya.

Poeze juga menuturkan Malaka selalu bangga Minangkabau sebagai daerah asalnya. "Ini jelas kita baca Madilog. Dia menyebut akan jadi pusat nantinya ada di Bonjol, Minangkabau. Itu menunjukan meski 20 tahun merantau ia masih menjunjung Minangkabau," katanya.

Selain Itu, Poeze juga menyebut sosok Tan Malaka selalu lekat dengan guru. Hal ini karena Malaka sejak awal memang dididik sebagai seorang guru hingga akhir hayatnya.

"Ia selalu guru. Dia dididik sebagai guru. Karna kepintkepintarannyaikirim ke Belanda. Lalu kembali di Indonesia jadi guru. Tan adalah guru selama hidupnya. Dan senang bertemu dengan orang muda atau mahasiswa untuk dididik menanamkan cita cita revolusioner," katanya.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement