Selasa 31 Jan 2017 05:33 WIB
Imlek 2017

Jual Beli Anak Gadis Cina di Awal Abad 19

Rep: Lintar Satria/ Red: Karta Raharja Ucu
perdagangan manusia (illustrasi)
Foto:
PSK yang terjaring razia polisi (ilustrasi).

Suatu ketika Tjoei Lan mendapati seorang bayi yang baru lahir ditinggal di depan serambi rumahnya. Bayi tersebut ia besarkan sebagai putranya sendiri. Beberapa kali seorang perawat Zuster Gunning membawa bayi yang baru lahir ke rumahnya untuk merawat bayi tersebut.

Di Ati Sujti organisasi filantropi yang didirikan Dr Zigman, Tjoie Lan berusaha menyelamatkan banyak perempuan Cina yang diperdagangkan. Ia tidak segan keluar malam, sesuatu yang sangat jarang perempuan kelas atas lakukan saat itu. Ia mencari perempuan-perempuan yang diperlakukan tidak wajar.

Ia mengetahui keberadaan perempuan-perempuan itu dari surat dan telepon anonim. Suatu ketika ia mendapatkan surat adanya perempuan muda di sebuah hotel di Kota, Jakarta Pusat.

Myra menulis ketika Tjoei Lan sampai hotel itu ia menemukan sebuah gentong yang bergerak-gerak. Di dalamnya ia menemukan seorang gadis yang kira-kira baru berusia 13 sampai 14 tahun dari Cina yang belum bisa sama sekali bahasa Melayu.

"Gadis ini dibawa ke panti asuhan dan dari dia diperoleh banyak informasi mengenai tata kerja para pedagang," tulis Myra.

Usaha-usaha penyelamatan ini bukan tanpa bahaya. Suatu ketika Tjoei Lan diancam oleh mucikari dengan golok. Tjoie Lan juga meminta bantuan kepada polisi bila ia merasa ada yang tidak beres. Seperti ada kapal masuk dan pedagang-pedagang membawa membawa perempuan dengan jumlah yang mencurigakan.

Penyelamatannya dipuji di media massa perempuan seperti majalah bulanan Istri dan Fu Len. Tapi tidak untuk surat kabar yang didominasi pria seperti Sin Po dan Keng Po. Namun, setelah 1937 ketika Jepang mendeklarasikan perang dengan Cina, kemiskinan makin parah di negara itu. Kedatangan-kedatangan perempuan Cina semakin banyak. Akhirnya surat kabar Sin Pon dan Keng Po mempublikasikan tentang para perempuan yang dijuluki Macaopo yang artinya perempuan dari Makau.

Hingga akhirnya pemuka Cina saat itu HH Kan salah satu anggota Volksraad mengajukan pertanyaan-pertanyaan di rapat Dewa. Meskipun demikian perdagangan perempuan tidak dapat dihapuskan sepenuhnya.

"Karena mereka dimasukkan dengan cara lain. Di Batavia dan di kota-kota besar lain, night club dan tempat-tempat hiburan lain mulai menjamur dan para perempuan dimasukkan untuk bekerja di sana," kata Myra.

Apa yang dilakukan Tjoie Lan sangat berani. Ia melawan tradisi peranakan Cina zaman itu. Di mana mereka tidak bisa dan tidak diperbolehkan bebas bergerak.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement