Para calon jamaah haji tidak hanya perjalanan yang panjang dan melelahkan, mereka juga harus berhadapan dengan perompak dan penyakit. Tidak jarang kapal yang merak tumpangi tenggelam atau terdampar di pulau yang tidak mereka kenal. Para calon haji Nusantara terkenal sangat gigih melakukan perjalanan ke Tanah Suci.
"Hampir semuanya juga mengunjungi Kota Madinah setelah melaksanakan ibadah haji; ziarah ke makam Nabi Muhammad SAW di sana sudah lazim bagi jamaah haji Nusantara," tulis Bruinessen.
Jauh sebelum pemuda-pemudi Nusantara di Hindia Belanda mendeklarasikan Sumpah Pemuda, bahasa Melayu sudah berfungsi sebagai ikatan pemersatu orang Nusantara di Makkah. Karena tidak hanya orang Jawa yang akhirnya bermukim di sana tapi juga dari Nusa Tenggara, Maluku, Sulawesi Selatan, Kalimantan, Semananjung Malaya, Minangkabau dan Aceh. Di sana mereka bertukar pikiran dan berdiskusi tentang penjajahan Belanda di negeri mereka.
Bruinessen menyimpulkan perjalanan haji bagi orang Nusantara tidak hanya sebagai ibadah. Tapi juga berfungsi sebagai pemersatu Nusantara dan merangsang sikap anti-kolonialisme.