Rabu 18 Oct 2017 20:01 WIB
Piala Dunia Basket 2023

Indonesia Punya Nilai Lebih Jadi Tuan Rumah Piala Dunia

Rep: Fitriyanto/ Red: Israr Itah
 Pekerja beraktivitas saat berlangsungnya proses renovasi Istora Senayan,Jakarta, Ahad (26/3).
Foto: Republika/Prayogi
Pekerja beraktivitas saat berlangsungnya proses renovasi Istora Senayan,Jakarta, Ahad (26/3).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komisi Evaluasi FIBA Ingo Weiss, menilai Indonesia bersama Filipina dan Jepang yang mencalonkan diri menjadi tuan rumah piala dunia 2023 (FIBA World Cup) memiliki nilai lebih. Terutama dari sisi jumlah penduduk di ketiga negara tersebut.

Weiss yang hadir bersama Presiden Komisi Evaluasi FIBA, Hamane Biang dan Lubomir Kotleba, menilai Indonesia, Filipina, dan Jepang merupakan negara-negara yang menarik. "Negara-negara ini sangat serius berkampanye dan promosi untuk jadi tuan rumah," kata Weiss usai mendengarkan paparan persiapan Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia Basket 2023 di Hotel Mulia Senayan, Jakarta, Rabu (18/10).

"Dengan total populasi 500 juta penduduk dengan animo bola basket tinggi, Indonesia, Jepang dan Filipina berpeluang jadi tuan rumah. Tetapi kami juga masih harus menilai negara negara lain," kata Weiss.

Weiss juga terkesan dengan persiapan venue yang akan digunakan dalam Piala Dunia 2023, jika Indonesia terpilih, yakni Istora Senayan Jakarta. "Akhir Mei dan awal Juni saya melakukan peninjauan ke venue ini, sekarang saya lihat kemajuan sangat pesat. Sepertinya Indonesia bekerja bukan 24 jam,tapi 48 jam sehari," kata Ingo Weiss.

Weiss menyatakan ada tiga penilaian untuk calon tuan rumah, yakni venue atau tempat pertandingan saat Piala Dunia berlangsung. Prestasi negara tersebut di cabang basket, serta jarak tempuh masing-masing tuan rumah tersebut.

Erick Thohir, ketua Komite Olimpiade (KOI) menanggapi, untuk masalah venue, diuntungkan dengan adanya Asian Games 2018. Karena basket di Asian Games 2018 nanti dimainkan di Istora, KOI akan mengetahui kekurangannya untuk diperbaiki setelah Asian Games 2018.

"Untuk prestasi olahraga, cabang basket Indonesia hanya peringkat 2 di Asia Tenggara, dan ini akan kita perbaiki termasuk dengan cabang olahraga lainnya, sesuai dengan komitmen pemerintah. Di mana semua cabang olahraga harus berorientasi Olimpiade," kata Erick.

Erick juga menyambut gembira penilaian FIBA. ia mengatakan, memang masih ada kekurangan terutama di ruang ganti pemain, tetapi itu bisa dituntaskan setelah Asian Games 2018 selesai. Erick yakin renovasi untuk ruang ganti lebih mudah dilakukan. "Perkiraan kami mungkin hanya perlu 20 persen dari anggaran renovasi Istora saat ini," ujar Erick.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement